Demi Minyak, Turki Halangi Gencatan Senjata di Libya
jpnn.com, ANKARA - Turki ternyata tidak rela perang saudara di Libya berakhir. Berdalih melindungi kepentingan GNA, Ankara menolak segala bentuk upaya gencatan senjata antara kedua kubu bertikai.
Dalam sebuah wawancara dengan lembaga penyiaran publik TRT Haber, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa kota pesisir Sirte dan pangkalan udara Jufra harus diserahkan kepada GNA sebelum ada gencatan senjata.
Pihak oposisi, Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin oleh Khalifa Haftar telah terpojok setelah Turki membantu GNA merebut kembali Tripoli.
Ketika ditanya mengenai kemungkinan operasi militer melawan Sirte yang saat ini dikuasai LNA, Cavusoglu mengatakan ada upaya diplomatik untuk menyelesaikan perkara itu.
"Terdapat sejumlah persiapan untuk operasi, namun kami masih mengupayakan meja perundingan. Jika tidak ada penarikan pasukan, maka sudah ada persiapan secara militer, GNA akan menunjukkan ketegasannya di sini," kata dia.
Di sisi lain, kantor kepresidenan Turki menyatakan bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin ini berbicara melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, membahas perang di Libya dan Suriah--di mana mereka mendukung pihak yang berlawanan.
Turki dan GNA, pada tahun lalu, menandatangani kesepakatan penetapan batas maritim yang disebut pihak Turki untuk menciptakan zona ekonomi eksklusif dari pesisir selatan Turki hingga pesisir utara LIbya, serta melindungi hak atas sumber daya di wilayah bagian timur Mediterania.
Turki akan melakukan eksplorasi sumber daya di kawasan Mediterania sebelah timur itu, misalnya terkait dengan minyak dan penelitian seismik. (ant/dil/jpnn)