Deradikalisasi Manjur Tekan Terorisme di Indonesia
jpnn.com, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tidak pernah ragu dengan program deradikalisasi terhadap para napi terorisme.
Faktanya, deradikalisasi manjur untuk menekan dan mengurangi aksi terorisme.
"Faktanya memang demikian. Dulu para teroris bisa membuat bom seberat 1,2 ton saat terjadi bom Bali. Dulu teroris berani melakukan bom bunuh diri. Sekarang dari beberapa aksi teror di Jalan Thamrin, di Samarinda, dan di Bandung, mereka hanya bisa membuat bom dengan daya ledak rendah. Itu artinya, apa yang kami lakukan dengan program deradikalisasi berhasil mengurangi tingkat radikal para teroris, sehingga nyali mereka sekarang makin ciut," ungkap Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamidin di Jakarta, Selasa (14/3).
Selain itu, sejak BNPT berdiri 2010 lalu, sudah ratusan napi terorisme yang berhasil direhabilitasi dan resosialisasi ke masyarakat.
Bahkan, mereka kini aktif membantu pemerintah dalam menjalankan program-program pencegahan terorisme, baik melalui dakwah, diskusi, dan berbagai aktivitas kemasyarakatan.
Sebut saja kakak beradik Ali Imron dan Ali Fauzi. Ali Imron tersangka Bom Bali, sedangkan Ali Fauzi aktivitas Jamaah Islamiyah (JI) yang pernah lama berguru di Filipina Selatan.
Kemudian Abdurrahman Ayyub (mantan Ketua JI Australia), Abu Dujana, Khaerul Ghazali, Abu Tholut, Tony Togar, Zarkasih, Sofyan Sauri, dan lain-lain.
Bahkan Umar Patek yang kepalanya pernah dihargai Rp 5 miliar oleh Amerika Serikat, kini juga sudah bertobat siap mendedikasikan sisa hidupnya untuk menjaga perdamaian di Indonesia.