Detik-detik Bripka Iwan Sarjana Disiksa Para Napi Teroris
Kelima, Iwan Sarjana dan rekan-rekannya membawa senjata tapi belum memiliki niat untuk menembakkannya karena merasa mampu untuk bisa menghalaunya dengan berbagai barang dan dengan tangan. Mereka saat itu hanya membawa barang keras, kursi, batu dan sebagainya.
“Saya sendiri merasa harus menjaga hak asasi manusia (HAM). Setiap peluru yang saya muntahkan itu dipertanggungjawabkan. Kalau salah bisa dihukum. Saya dan rekan-rekan tidak ingin melanggar HAM,” ujar Iwan.
Keenam, Iwan dkk menyembunyikan senjata dari tahanan dan narapidana. Tentunya, agar tidak direbut. Namun, ternyata kondisi semakin parah, Iwan dan rekan-rekan diseret banyak orang, tahanan dan napi. “Saya sudah tidak bergerak melawan. Saya diseret sekitar ratusan meter dari ruang penyidikan ke Rutan Blok A,” ujarnya.
BACA JUGA: Suara Bripka Iwan Bergetar saat Cerita tentang Sikap Syukron
Ketujuh, lebih dari sepuluh orang menyeret Iwan. Saat diseret itu Iwan baru melihat mereka membawa pisau, entah dari mana. Gembok dan rantai.
Tidak hanya dipukul, ditendang, Iwan dipukul pakai rantai. Bahkan, setelah sampai di sel Blok A, mata ditutup kain dan tangan diikat. Iwan disuruh menghadap tembok. “Selanjutnya, byur, air mendidih disiramkan ke punggung. Saya berteriak, tapi tetap mencoba bertahan. Sakit bukan kepalang, tapi saya yakin ini akan berlalu,” cerita Iwan. (idr/ang)