Detik-detik Kepala Pendaki Gunung Rinjai Terbentur Batu, Duh
Si petugas di Sembalun lalu mengontak rekannya yang berjaga di Segara Anak. Dari sanalah kabar kematian Ainul tersebar. ”Pertama kali lihat orang meninggal di gunung,” ungkapnya.
***
Anca dan empat porter juga tidak bisa berbuat banyak. Selesai memastikan posisi jenazah Ainul, dua orang kembali ke Danau Segara Anak. Tiga lainnya kembali ke jembatan yang sudah diperbaiki.
Pelan-pelan Anca bersama dua tamunya bergerak meninggalkan Danau Segara Anak. Harus ekstrahati-hati. Sebab, harus lewat jalur yang retak parah. Juga tetap waspada karena gempa susulan masih terasa walau hanya sesekali. Sampai dengan Senin sore lalu itu, memang masih terjadi 276 gempa susulan.
Bagi Anca, merasakan gempa hebat saat mendaki Rinjani merupakan pengalaman yang sangat berharga. Pelajaran yang dia petik, kondisi darurat harus dihadapi dengan tenang. Tidak grusa-grusu. ”Jangan malah panik,” imbuhnya.
Apalagi porter seperti dirinya. Yang membawa serta pendaki. Jika panik, sudah pasti pendaki yang didampingi ikut panik. Itu sangat berbahaya. Itu pula yang mungkin terjadi pada almarhum Ainul.
***
Dari tepian Segara Anak, Bayu Avian melihat dengan ngeri bagaimana batu-batu berjatuhan dari tebing. Diiringi pekik keterkejutan para pendaki karena guncangan gempa yang begitu kuat.
Pemandangan sesudahnya pun langsung gelap gulita karena kepulan debu. Dan, jalanan setapak jadi retak-retak.
Rinjani, gunung yang sudah beberapa kali dia kunjungi, jadi seperti tempat yang tak dia kenali. Bayu pun cuma bisa pasrah.
”Hanya mampu meminta perlindungan Yang Maha Kuasa. Sebab, sudah merasa tidak akan selamat,” kata pria 28 tahun itu.