Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Di Forum Dunia, Gus Yahya Dorong Rekontekstualisasi Agama-Agama Ibrahimiyah

Jumat, 17 Januari 2020 – 16:21 WIB
Di Forum Dunia, Gus Yahya Dorong Rekontekstualisasi Agama-Agama Ibrahimiyah - JPNN.COM
Yahya Cholil Staquf dilantik sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), di Istana Negara, Jakarta, Kamis (31/5). Foto: Fathra/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf mendorong rekontekstualisasi agama-agama Ibrahimiyah sehingga mempermudah pembauran di antara penganutnya yang berbeda serta menghindarkan segregasi.

"Harus diakui, ada norma-norma ortodoksi yang memang masih mendorong segregasi (pemisahan kelompok ras atau etnis secara paksa.red), diskriminasi dan konflik," kata Yahya Cholil Staquf yang biasa disapa Gus Yahya, dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat (17/1).

Penegasan itu diungkapkan Gus Yahya saat berbicara dalam forum Abrahamic Faiths Initiative atau Inisiatif Agama-agama Ibrahimiyah di Vatikan, pada 14-17 Januari.

Di forum itu, dia mengajak para pemimpin agama untuk melakukan refleksi sejujur-jujurnya tentang posisi teologis agama masing-masing dalam upaya perdamaian.

Adapun istilah Ibrahimiyah banyak merujuk pada agama yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim atau Abraham. Tiga agama itu adalah Islam, Kristen/Katholik dan Yahudi.

Menurut Gus Yahya, norma-norma itu harus dihadapkan dengan konteks realitas globalisasi abad ke-21 ini, yaitu konflik antaragama tidak mungkin lagi dilokalisir sehingga akan memicu benturan universal yang ricuh dan akan meruntuhkan seluruh peradaban dunia.

Nahdlatul Ulama, kata dia, telah melakukan upaya-upaya rekontekstualisasi fikih yang telah dilakukan di lingkungan NU sejak 1984, yaitu ketika Rais Aam PBNU KH Achmad Shiddiq meletakkan kerangka teologis bagi "ukhuwwah basyariyyah" atau persaudaraan kemanusiaan.

Pada bulan Februari 2019, kata dia, Musyawarah Nasional Alim Ulama NU menetapkan bahwa kategori kafir tidak lagi relevan untuk di ruang publik dalam konteks negara-bangsa moderen.

Nahdlatul Ulama telah melakukan upaya-upaya rekontekstualisasi fikih yang telah dilakukan di lingkungan NU sejak 1984.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News