Di Pesantren, Jokowi Bicara Bahaya Perang Saudara
jpnn.com, CIANJUR - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengapresiasi deklarasi antihoaks, antifitnah, dan antigibah yang dilakukan oleh Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), pada acara silaturahmi dengan Kepala Negara di Pondok Pesantren Al-Ittihad Cianjur, Jawa Barat, Jumat (8/2).
"Saya sangat menghargai sekali, Bu Khofifah, deklarasi-deklarasi oleh Muslimat NU di mana-mana supaya kita tidak didera oleh perpecahan dan konflik. Kalau sudah perang, sudah konflik, menyembuhkannya dan mengembalikannya sangat sulit," kata Jokowi.
BACA JUGA: Mengharukan, Rafi si Anak Berkebutuhan Khusus Itu pun Terbang ke Pelukan Jokowi
Mantan gubernur DKI Jakarta itu menyebutkan, negara Indonesia dianugerahi perbedaan suku, agama, adat, tradisi, hingga bahasa daerah. Untuk itu, kerukunan dan persaudaraan bangsa yang selama ini berjalan penting untuk dirawat.
Presiden kemudian memberikan contoh Afghanistan, sebuah negara kaya di Timur Tengah yang hancur karena perang saudara yang berkepanjangan. Sehingga, deklarasi oleh Muslimat NU menjadi penting untuk mengingatkan kepada seluruh komponen bangsa bahwa kita bersaudara.
Jokowi tidak ingin gara-gara pesta politik seperti pemilihan kepala daerah (pilkada) dan pemilihan presiden, justru membuat masyarakat tidak saling sapa.
"Kok urusan pilihan politik menjadi seperti itu. Karena apa? Di sini ngompori, di sini ngompori, kemudian muncul di tengah-tengah fitnah dan hoaks sehingga antarteman, antartetangga, antarkampung tidak saling bicara," tuturnya.
Dia menambahkan, memilih pemimpin dalam kontestasi politik itu mudah. Masyarakat tinggal melihat pengalaman, prestasi, program kerja, dan ide serta gagasan yang ditawarkannya.(fat/jpnn)