Di Serambi Mekah, Bu Risma Mengaku Campuran NU-Muhammadiyah
jpnn.com - JAKARTA - DPP PDI Perjuangan membawa Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk menggembleng kader-kader partai berlambang kepala banteng itu di Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Sabtu (6/8). Risma diberi sesi khusus untuk berbicara pada Rapat Kerja Daerah (Rakerda) PDIP NAD di Banda Aceh.
Acara itu dipandu oleh Wakil Sekjen PDIP Ahmad Basarah. Sebagaimana siaran pers DPP PDIP, sebelum Risma tampil, Basarah mengawali acara itu dengan menceritakan sejarah tentang kaitan antara tokoh-tokoh Aceh dengan Proklamator RI Bung Karno.
Sedangkan Risma mampu menarik perhatian hadirin dengan berbicara tentang hal-hal ringan. Kader-kader PDIP yang menghadiri rakerda tetap tekun menyimak setiap tutur kata perempuan kelahiran 20 November 1961 di Kediri, Jawa Timur itu.
Di Bumi Serambi Mekkah itu Risma menceritakan tentang persentuhannya dengan dua organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Risma mengaku cucu dari salah satu pendiri NU
Namun, Risma juga mendapat pendidikan Muhammadiyah. “Saya sekolahnya di Muhammadiyah. Saya itu jadinya campuran,” katanya sembari tersenyum. Basarah yang duduk di samping Risma pun ikut tersenyum.
Dalam kesempatan itu ada peserta rakerda yang bertanya ke Risma tentang caranya menjalankan tugas sebagai ibu rumah. Maklum, peserta rakerda PDIP NAD ada yang penasaran dengan cara Risma membagi waktu antara posisi sebagai wali kota Surabaya dengan urusan keluarga.
Sebagai seorang istri, Risma mengaku tetap menyiapkan keperluan suami. “Saya tiap pagi masih menyiapkan baju dan sepatu suami saya. Malam saya masih cek. Besok ada apa. Tapi memang sering saya pulang, suami sudah tidur,” tuturnya.
Namun, Risma juga menyadari bahwa ia terikat sumpah. Sebagai wali kota, istri Djoko Saptoadji itu tetap harus mengutamakan masyarakat Surabaya.