Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Dilarang Bisa Mudik Tetapi di Kota Hidup Merana, Tak Dapat Bantuan Pula

Sabtu, 09 Mei 2020 – 04:00 WIB
Dilarang Bisa Mudik Tetapi di Kota Hidup Merana, Tak Dapat Bantuan Pula - JPNN.COM
Ilustrasi Pedagang Kaki Lima Tahu Tek. Foto: dok. Ngopibareng

Meski porsi jualannya sudah dikurangi, tetapi masih banyak tahu tek tersisa.

Makanan tersebut terpaksa dibuang atau diberikan kepada orang lain. Hal ini disebabkan lontong dan tahu tidak bisa dijual di kemudian hari.

Selama ini Nasrul bisa bertahan dari uang yang dihutangnya dari paman di desa. Dirinya tidak tahu bisa bertahan hingga kapan di tengah kondisi yang seperti ini. Ia sering terpaksa libur lantaran jualan tahu teknya tidak membawa hasil. Sehari hanya laku tiga hingga empat bungkus.

“Ini saya nggak tahu lagi kalau kondisinya masih seperti ini. Banyak ruginya, yang beli sehari bisa tiga sampai Empat. Kalau di dalam perkampungan laku banyak” tambahnya.

Nasrul merupakan orang rantau dari Lamongan sehingga tidak memungkinkan untuk mendapat bantuan finansial dari pemerintah.

Meski sempat ada bantuan sembako dari RT setempat, tetapi persediaan tersebut sudah habis. Sementara, pilihan untuk kembali ke kampung juga tidak memungkinkan.

“Ini saya bingung apakah dapat bantuan dana atau nggak, saya berharap dapat. Saya rantau bukan asli Surabaya, ini bertahannya gimana. Di sini jualan nggak untung, tapi nggak bisa mudik” keluhnya.

Senada dengan Ahmad Nasrul, Teguh Suryanto, pedagang tempe penyet asal Kota Babat juga mengungkapkan hal yang sama.

Banyak pedagang kecil kebingungan karena sebagai perantau tidak mendapat bantuan pemda setempat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close