Diplomasi Gaya Niam Salim
Dia sebut “diplomasi seni budaya”, yakni show bersama artis terkenal Aljazair dan Indonesia, dengan background keindahan alam dan potensi wisata nusantara. Ini ibarat mengetuk pintu, agar liburan warga Aljazair tidak hanya berkiblat ke Eropa, tetapi ada banyak tawaran memikat di Timur sana. “Saya sudah pelajari, dari jumlah penduduk sekitar 38 juta jiwa, tiap musim panas, 30 persen di antaranya berlibur ke Barat.
Dengan PDB 9000 USD per kepala per tahun (PDB Indonesia masih 3.500 USD), mereka punya modal untuk terbang ke Indonesia,” aku Niam. Aljazair itu negara bekas sosialis yang kaya, dari eksplorasi gas, minyak dan phosphat. Pemerintahnya kaya, tetapi rakyatnya terbiasa hidup dalam alam sosialis yang sama rata sama rasa. Tidak banyak entrepreneurship dan pengusaha yang membangun bisnis dari bawah di sana.
Tapi, negaranya sendiri, yang daratannya paling luas di benua Afrika itu sangat kaya. Niam juga sudah bertemu dengan PSSI-nya Aljazair, mereka setuju untuk bermain “friendly games” dengan tim nasional ke Indonesia. Jangan ditanyakan timnas Indonesia yang mana? Sepak bola adalah olahraga paling favourit di sana, dan satu-satunya televisi nasional Aljazair pasti akan meliput live.
Publik di sana akan semakin tahu ada nama “Indonesia.” Inilah yang lantas disebut “diplomasi sepak bola”. Sepak bola memang filosofinya adalah alat pemersatu, alat berdiplomasi dan berpromosi yang efektif. Kelima, mirip seperti yang dilakukan Taiwan, Niam akan mengundang pemimpin redaksi beberapa media penting di Aljazair untuk mengeksplorasi potensi alam dan wisata Indonesia. Mempromosikan Indonesia melalui media cetak di sana. Niam menyebut trik ini sebagai diplomasi media. Masih ada diplomasi apa lagi? Keenam, dia menyebut diplomasi humor.
Hah? Serius? “Ya, Indonesia ini kaya akan humor yang universal. Lucunya membuat seluruh umat bisa tertawa. Melucu itu bukan pekerjaan sederhana, itu butuh ide dan kemampuan menyampaikan secara lucu dan baik. Saya coba, dan respons-nya luar biasa mengesankan. Karena itu, setiap saat saya kulakan (belanja, red) humor-humor yang membuat gerr,” ucapnya.
Kalau begitu, Tukul Arwana bisa dijadikan staf khusus dong? Masih punya stok lagi? Masih, dan banyak! Diplomasi kebudayaan, diplomasi ekonomi, sampai diplomasi arsitektural dan konstruksi, diplomasi “sowan” gaya NU, atau memperbanyak silaturahmi sebagai sesama muslim. Ya, banyak ide, kaya gagasan itu bagus dan penting. Dan, yang lebih bagus dan lebih penting saat ini adalah, menerjemahkan ide menjadi implementasi lapangan yang nyata. Selamat Berdiplomasi, Kawan! (*)
(*) Penulis adalah Pemimpin Redaksi-Direktur Indopos, dan Wadir Jawa Pos.