Dirikan Sekolah Alternatif di Pedalaman Pesisir Papua
KUALITAS pendidikan di Papua yang masih tertinggal menginspirasi John Rahail untuk membuat terobosan. Dia memberikan pelayanan pendidikan untuk anak-anak pedalaman dengan mendirikan sekolah kampung. Hasilnya konkret dan bergema hingga Jakarta.
------------
M. HILMI SETIAWAN, Jakarta
------------
SETIAP akhir bulan menjadi saat-saat yang mendebarkan bagi John Rahail. Sebab, dia harus melakukan perjalanan jauh ke pedalaman Papua. Yakni, ke pesisir Kabupaten Sarmi, sekitar 300 km dari Jayapura.
Pada akhir bulan dia memang menyediakan waktu khusus untuk memberikan pelayanan pendidikan gratis ke anak-anak suku Manirem yang tinggal di dalam hutan Sarmi.
’’Sekarang jalannya sudah agak enak. Dulu tanah dan sulit ditempuh. Apalagi kalau hujan,’’ ujar dosen FKIP Universitas Cenderawasih itu seusai konferensi pers menjelang penganugerahan Apresiasi Peduli Pendidikan Kemendikbud 2013 di Jakarta Jumat (29/11).
John merintis sekolah pedalaman itu pada Juni 2007. Awalnya dia meneliti kualitas pendidikan anak-anak usia sekolah. Hasilnya, anak-anak di daerah pesisir tersebut ternyata belum bisa membaca dan menulis.
’’Padahal, sudah ada sekolah. Karena itu, pasti ada yang tidak beres,’’ katanya.
John lalu melakukan kajian khusus. Diperoleh solusi berupa sekolah alam. Dia tidak menggunakan sistem pendidikan konvensional seperti di SD–SMA yang ada. Intinya, dia ingin menumbuhkan kecintaan anak-anak untuk belajar.
Awalnya anak-anak prasekolah yang disasar. Tapi, seiring perjalanan waktu, siswa yang bergabung beragam usia.
’’Anak-anak remaja sampai ibu-ibu ikut sekolah. Materi pelajarannya membaca dan berhitung,’’ kata guru kelahiran Merauke, 19 Juni 1966, itu.