Disambut Layaknya Pemain Timnas, Mata pun Berkaca-kaca
Eman mengakui, penghargaan sebagai penjaga gawang terbaik cukup mengejutkan. Pasalnya, ada dua tim yang kuat secara materi, dan penjaga gawangnya tak difabel sehingga dianggapnya lebih layak dapat penghargaan itu.
Saya tidak tahu berapa kali kebobolan. Yang pasti, kami tampil bagus, bisa lolos dari fase grup dan bisa ada di posisi ketujuh. Itu sangat luar biasa bagi tim, nama Indonesia pun semakin dikenal menurut Eman selama ajang tersebut.
"Indonesia itu tim yang luar biasa. Lebih dari 50 negara di dunia yang ikut, dan kita menjadi salah satu yang terbaik. Kita kalah dari juara, Mexico," tuturnya.
Terpilihnya Eman sebagai penjaga gawang terbaik memang tak pernah diprediksi. Namun, performa Eman yang impresif, mampu beberapa kali melakukan penyelematan, menjadikannya jadi buah bibir, hingga akhirnya membawa pulang gelar kiper terbaik.
Dengan kondisinya, pria 28 tahun itu ingin menularkan semangat pantang menyerah kepada rekan-rekan sesama difabel. Kekurangan fisik, kata lelaki yang cacat sejak lahir itu, tak boleh membuat motivasi hidup terhenti.
"Jangan pernah mengecilkan diri sendiri. Di tengah kekurangan kita, selalu ada sisi lebih yang bisa kita berikan. Jangan pernah putus asa dan terus berjuang," ucapnya lirih, menahan agar air matanya tak keluar.
Selama di ajang Homeless World Cup, ada dua penjaga gawang yang menurutnya adalah pesaing berat, yakni penjaga gawang Portugal dan Mexico. Mereka disebutnya ada dalam kondisi normal, tak seperti dirinya.
Namun, perjuangan keras tim Indonesia, lanjutnya, dan dukungan teman-teman lainnya dalam permainan, menjadikan gawang Indonesia tak pernah kebobolan lebih dari enam gol.