Disinformasi Membuat Masyarakat Sulit 'Move on' Dari Pilpres 2019
Rangkaian perhelatan pesta demokrasi Pemilu 2019 nyaris rampung dengan telah ditetapkannya Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Namun tampaknya belum semua warga menerima putusan ini. Dan merekapun sulit beranjak dari wacana dukung mendukung kubu paslon mereka.
Seruan lupakan pilihan di pilpres 2019:
- Presiden dan Wakil Presiden Terpilih mengajak seluruh rakyat Indonesia bersatu melupakan pilihan politik di pilpres 2019
- Polarisasi di masyarakat masih berlanjut
- Pengamat menilai kondisi ini merupakan dampak dari disinformasi yang digunakan dalam politik elektoral
Usai ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2019 -2024 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin dalam pidatonya kembali menyerukan semua masyarakat untuk bersatu dan melupakan perbedaan pilihan politik.
Namun tampaknya bagi sebagian orang ini bukan perkara yang mudah untuk dilakukan. Narasi menolak kepemimpinan keduanya masih mengemuka dari sejumlah warga.
Begitu juga dengan perseteruan pendukung kedua kubu di media sosial juga masih terus berlanjut.
Sebagai contoh, awal pekan ini viral beredar postingan dari seorang warganet di media sosial yang memasang status ajakan untuk tidak memasang foto presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo - Maruf Amin di dinding sekolah.
"Kalau boleh usul, di sekolah-sekolah tidak usah lagi memajang foto presiden dan wakil presiden. Turunin saja foto-fotonya. Kita sebagai guru nggak mau kan mengajarkan anak-anak didik kita tunduk, mengikuti dan membiarkan kecurangan dan ketidakadilan?" tulis postingan tersebut.
Sebaliknya dalam unggahannya di Facebook tersebut, dia mengusulkan foto yang pantas dipajang adalah foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.