Ditolak Sistem PPDB, Anak Pasutri Tunanetra di Semarang Terancam Putus Sekolah, Duh
Uminiya tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk mendapatkan keadilan bagi putri semata wayangnya agar sang anak tidak putus sekolah.
"Saya benar-benar kecewa, kenapa anak saya tidak bisa masuk afirmasi, sedangkan orang yang lebih mampu dari saya bisa masuk afirmasi," kata Uminiya.
Dia heran, orang dengan taraf kehidupan menengah ke atas darinya justru keterima lewat jalur afirmasi. Apabila dari segi perekonomian mampu, dia mengaku tidak akan pusing-pusing mencari sekolah untuk putrinya.
"Saya masih mengontrak, yang bisa masuk afirmasi kok katanya rumahnya lebih bagus, usahanya lebih dari saya," tuturnya.
Sementara dalam kehidupannya, Uminiya dan suaminya harus berjibaku mengumpulkan rupiah demi rupiah dari keahliannya memijat. Itu pun, tidak ramai tiap hari.
"Biasanya saya memijat sehari dua sampai tiga orang, pernah pernah tidak memijat seminggu, ya, tidak dapat uang," ujarnya.(mcr5/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru: