Dokter Bedah Anak di Indonesia Minim, Unhas Buka Peluang Baru untuk Calon Mahasiswa
jpnn.com, MAKASSAR - Ketersediaan dokter spesialis bedah anak di Indonesia terbilang minim. Tercatat sekitar 149 dokter yang tersebar di seluruh tanah air.
Minimnya dokter bedah anak di Indonesia membuat Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas) menghadirkan program studi bedah anak sebagai salah satu program pendidikan dokter spesialis (PPDS) fakultas kedokteran.
Dekan Fakultas Kedokteran Unhas Prof. dr. Haerani Rasyid mengungkapkan kehadiran program studi bedah anak sangat penting. Apalagi, program ini bakal melahirkan sumber daya manusia yang dibutuhkan masyarakat.
"Merujuk pada data hingga 2021, dokter spesialis bedah anak sebanyak 149 orang. Jumlah ini tidak memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia," ujar Haerani, Selasa (24/5) sore.
Dia melanjutkan, penyebaran tenaga medis ahli bedah anak tidak merata selama ini.
Masih banyak provinsi di Indonesia yang tidak memiliki dokter spesialis anak.
Menurut dia, pendidikan dokter spesialis anak hanya ada di Kota Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.
"Dengan rasio jumlah lulusan spesialis hanya 4 sampai 6 orang tiap tahun tentu tidak cukup," ungkapnya.
Haerani membeberkan, aspek sarana-prasarana sudah tersedia. Misalnya, Rumah Sakit Unhas maupun Wahidin untuk praktik para mahasiswa.
"Sarana sudah ada. Rumah Sakit Unhas maupun Wahidin digunakan untuk proses praktiknya," ujarnya.
Sementara itu, Rektor Unhas Prof. Jamaluddin Jompa memberikan apresiasi tinggi kepada fakultas kedokteran yang mendatangkan jurusan baru.
"Ini merupakan solusi yang ditawarkan Unhas. Kami harapkan prodi ini menjadi unggulan buat Unhas ke depannya," terangnya.
Kehadiran program ini melalui persetujuan Majelis Wali Amanat (MWA) Unhas. Pogram studi tersebut berada di bawah naungan departemen bedah. (mcr29/jpnn)