Dokter Cantik Ini Begitu Akrab dengan Urusan Sabu
“Misalnya ada kandungan morfin atau opium di dalam obat bius,” ujar Tian.
Dokter cantik ini mengajak semua yang hadir pada pemusnahan barang bukti sabu tangkapan Polda Kalbar seberat 5,15 Kg itu untuk membayangkan rasa sakit saat operasi, jika tidak dibius. “Hal ini legal. Karena sesuai dengan resep dokter, sudah dihitung dosisnya,” katanya.
Sabu secara keilmuan medis, dikenal sebagai jenis amfetamin. Termasuk dalam obat untuk meredakan rasa sakit. Efek menggunakan sabu secara berlebihan, mempengaruhi sistem kerja otak.
Sabu menguasasi sistem halusinasi dalam otak. Efek yang dialami oleh pengguna, tidak merasa sakit, merasa tidak punya beban, “nge-fly, istilah gaulnya,” jelas Tian sambil tersenyum.
Organ pertama yang akan mengalami kerusakan sebagai dampak pemakaian sabu adalah paru-paru. Hal ini disebabkan cara pakai atau cara mengkonsumsi sabu dengan model diisap.
Paru-paru yang terkontaminasi, lama-lama akan terbakar, kotor dan berlubang-lubang. Dalam jangka panjang organ yang ikut rusak adalah selaput otak, jadi bocor. “Seperti orang merokok. Paru-parunya yang pertama kena,” jelas Tian.
Ketika ditanya mengenai ciri-ciri pemakai, Tian menjelaskan, tidak ada ciri fisik khusus. “Efeknya pada fisik kelihatan, tergantung pada lamanya pemakaian dan imunitas tubuh masing-masing pemakai,” jelasnya.
Paling jelas terlihat saat pemakai menggunakan sabu, mampu tidak tidur sampai lebih dari 20 jam. “Misalnya, dia pakai sore. Semalaman mampu melek, karena merasa sudah didopping,” papar Tian.