Dokter Onkologi di Papua Diduga Mengalami Kekerasan, PB IDI Mengecam
jpnn.com, JAKARTA - Seorang dokter bedah onkologi yang bertugas di Papua atas nama dr James Redi diduga mengalami tindak kekerasan. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengecam dugaan tindakan kekerasan terhadap dr James Redi tersebut.
Ketua Umum PB IDI M. Adib Khumaidi mengatakan setiap dokter dan tenaga kesehatan pasti akan selalu melakukan yang terbaik bagi masyarakat.
“Tindakan kekerasan pada tenaga kesehatan tentunya akan mengganggu pelayanan pada masyarakat," kata dr Adib Khumaidi melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (19/4) sore.
Dia mengatakan semua nakes berhak atas perlindungan dari risiko kesehatan dan keselamatan di tempat kerja. Menurut Adib, para nakes menghadapi berbagai risiko kerja yang terkait dengan bahaya biologis, kimia, fisik, ergonomis, dan psikososial yang memengaruhi keselamatan mereka dan pasien.
Oleh karena itu, PB IDI menyerukan agar fasilitas kesehatan, pemerintah, serta aparat perlu menyediakan langkah-langkah kesehatan dan keselamatan kerja untuk melindungi para nakes dan juga sistem kesehatan dasar yang berfungsi dengan baik dan kuat agar mereka dapat bekerja secara produktif.
Kecaman yang sama juga disampaikan Ketua IDI Provinsi Papua Donald Aronggear.
"Selama ini wilayah Indonesia timur terutama Papua sangat kekurangan tenaga kesehatan dokter spesialis karena minimnya jaminan perlindungan dari pemerintah setempat dan aparat pada tenaga kesehatan," katanya.
Saat ini, hanya ada dua dokter spesialis bedah onkologi di wilayah Papua yang harus melayani sekitar 4,3 juta penduduk.