Doktor Fengsui
Oleh: Dahlan IskanSaat itu ia menggambar perencanaan pembangunan kawasan Segitiga Senen, Jakarta. Yakni peremajaan kota di Jalan Senen Raya.
Setelah gambarnya jadi, dosennya melihat. "Mengapa letak jembatan penyeberangannya di situ," ujar sang dosen seperti diingat Sidhi.
Jembatan itu membuat ruko di depannya dalam posisi seperti tusuk sate. Secara fengsui merugikan pemilik ruko.
"Ternyata arsitek harus mempertimbangkan unsur fengsui," katanya.
Kemarin saya makan siang dengan Ir Sidhi di rumah makan milik Inul Daratista, Yongdaeri, di SCBD Jakarta. Yakni setelah saya diminta mengajar soal 'bagaimana menulis yang baik' di depan lebih 100 kolonel, jendral bintang satu, dua dan tiga di Markas Besar TNI Angkatan Darat.
Saya termasuk yang skeptis dengan hongsui. Rumah pertama saya tusuk sate. Bukan saya tidak tahu, tetapi itulah rumah yang terjangkau saat itu.
Dosen S-1 itu mulai membuat Sidhi berpikir: apa salahnya memasukkan fengsui dalam perencanaan.
Secara kebetulan, saat ke toko buku, terlihat buku mencolok tentang fengsui Ia beli. Penulisnya orang kulit putih. Isi buku itu tulisan semua. Tidak ada gambarnya. Ia tidak tertarik membacanya.