Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Dolar Naik, Pengembang Kelas Atas Panik

Kamis, 27 Agustus 2015 – 06:59 WIB
Dolar Naik, Pengembang Kelas Atas Panik - JPNN.COM
Foto Ilustrasi.dok.Jawa Pos

Saat ini kebutuhan rumah kelas menengah ke bawah sangat besar. Besarnya pasar menengah ke bawah ini justru akan menguntungkan pengembang. Developer bisa membangun rumah lebih banyak tanpa takut rugi, lantaran biayanya tidak terlalu besar. Permintaan masyarakat juga besar.

Meski harga rumah murah tetap tidak naik, tapi bukannya daya beli masyarakat menurun?

Kalau data yang kami punya, daya beli masyarakat akan rumah murah tidak menurun. Grafiknya malah cenderung naik, ini dibuktikan dengan realisasi kredit FLPP. Hingga Agustus ini, dana KPR FLPP yang terserap sudah Rp 5,1 triliun. Dibanding serapan tahun lalu di bulan yang sama hanya Rp 4 triliun. Saat ini ada 76 ribu MBR menggunakan fasilitas KPR FLPP.  Selain itu ada 3,1 juta orang yang ternyata memiliki rumah lebih dari satu. Nah, orang-orang ini cenderung membeli rumah untuk investasi, makanya sekarang mereka memilih menahan diri tidak membeli rumah.

Sisi positif dari penguatan dolar ini, para pengembang kelas atas sekarang sudah banting stir membangun rumah murah. Saya contohkan Agung Podomoro yang akan membangun 32 towr rusunami di Cimanggis.  Nantinya ini akan diikuti pengembang besar lainnya, karena membangun rumah mewah untuk saat sekarang terlalu berisiko.

Kalau pengembang besar melirik rumah murah, apakah tidak akan mengancam pengembang menengah ke bawah?

Ya tidak lah. Mereka ini pasarnya berbeda dengan pengembang menengah ke bawah. Sebab, pengembang kelas atas pasarnya jelas, mereka condong membangun rumah vertikal (rusunami) yang modalnya lebih besar. Untuk rumah horisontal (rumah tapak), tidak disentuh pengembang kelas atas.

Apakah pengembang atas ini juga mendapatkan fasilitas pemerintah karena membangun rumah murah?

Pemerintah tetap akan memberikan fasilitas bagi pengembang yang membangun rumah murah untuk MBR, tidak peduli apakah dia pengembang besar atau kecil. Sebab, fasilitas yang diberikan itu jatuhnya ke MBR juga. Contoh kredit KPR FLPP untuk masyarakat berpenghasilan maksimal Rp 7 juta yang ingin beli rusunami. Pemerintah juga akan membantu dari sisi penyediaan utilitas berupa sarana dan prasarana perumahan seperti air bersih, jalan, dan lain-lain.

JEBLOKNYA nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menghantam sendi-sendi perekonomian di Indonesia, tak terkecuali sektor perumahan. Saat ini para pengembang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close