Dosen Gizi UI Ciptakan Biskuit untuk Bantu Balita Gizi Buruk
Sering Kehabisan Stok, Terpaksa Beli di Toko SendiriAnak balita yang masuk kelompok penanganan kontrol diberi Biskuit Temma. Anak balita yang masuk kelompok pananganan intervensi mendapat varian Biskuit Catemma. Hasilnya, berat badan anak balita yang masuk kelompok intervensi bertambah lebih besar daripada kelompok kontrol.
’’Pertambahan berat badannya bisa sampai 0,4 kg. Jadi, untuk efek peningkatan berat badan, Biskuit Catemma memiliki efek lebih besar ketimbang Biskuit Temma,’’ jelasnya.
Pengukuran juga dilakukan untuk efek peningkatan tinggi badan. Menurut perempuan yang menjadi dosen sejak 1995 itu, tinggi badan anak balita kelompok kontrol lebih cepat meningkat daripada kelompok intervensi. Pertambahan tingginya bisa sampai 1,7 cm lebih cepat jika dibandingkan balita kelompok intervensi. Dengan kata lain, untuk tujuan menggenjot peningkatan tinggi balita, Biskuit Temma lebih efektif.
Sebagai ahli gizi, Fatmah menjelaskan, gabungan kandungan gizi di tempe dan kurma efektif untuk merangsang peningkatan tinggi badan. Sebab, tempe mengandung protein dan zat besi, sedangkan kurma kaya akan kandungan kalori dan lemak.
Selama penelitian, Fatmah perlu blusukan ke beberapa posyandu untuk memeriksa anak-anak balita sampelnya. Selain itu, dia berkunjung ke beberapa rumah warga yang anaknya belum rutin diikutkan kegiatan di posyandu. ’’Awalnya, tidak semua balita mau makan biskuit ini. Jadi, ada yang dilumatkan dulu dengan air atau susu,’’ ujarnya.
Setelah mengetahui efek biskuitnya cukup signifikan terhadap perbaikan gizi balita, Fatmah berkomitmen memproduksinya secara masal. ”Saya ingin membantu negara,” katanya.
Pada awal usahanya, Fatmah berkongsi dengan supplier selai kurma. Tetapi, perlahan dia mengupayakan selai kurmanya sendiri. Akhirnya, pada 15 Januari lalu dia mulai memproduksi dengan bendera UKM sendiri. Hal itu juga dimaksudkan agar dia bisa memasarkan biskuit tersebut secara luas.
Memang sebelumnya dia terpaksa memasarkan biskuit itu dengan menggunakan sistem penjualan tradisional. Misalnya dengan menitipkan ke warung-warung maupun toko-toko kecil di sekitar kampungnya.