DPR Kritik Pemerintah yang Kurang Perhatian Terhadap Pasar Lokal
“Butuh kebijakan berkualitas dan betul-betul diimplementasikan untuk bisa membangun Indonesia dan kekuatan NKRI kita. Jadi, percuma bicara kebangsaan kalau kita tidak tahu, dan semua kita lepas semuanya,” katanya.
Berbicara kebangsaan, Gobel lantas menceritakan pengalaman konkretnya saat memimpin perusahaan. Gobel menjelaskan, setiap 17 Agustus mewajibkan seluruh karyawan perusahaannya ikut apel bendera untuk memeringati Hut Proklamasi Kemerdekaan RI.
Apel itu sama seperti yang dilakukan di tempat lain, ada pasukan pengibar bendera, pembacaaan Pancasila dan UUD 1945, kemudian membaca prinsip perusahaan dan penjabarn prinsip-prinsip tersebut. Gobel menjelaskan, waktu zaman almarhum Soedomo menjabat Menaker, semua perusahaan diwajibkan apel bendera ada 17 Agustus. Namun, kata dia, ketika reformasi ini hilang karena hanya dianggap habiskan waktu.
“Padahal, bukan. Ini adalah bagian membangun sumber daya manusia, dan karyawan untuk berterima kasih kepada bangsa dan negara dan menghormati merah putih,” ujar Gobel.
“Apel bendera itu kita belajar dari SD, SMP, SMA wajib. Pemerintahan masih ada. Swasta, coba diteliti apakah masih ada atau tidak. Kalau diadakan, maka orang asing pun akan menghormati merah putih,” tambahnya.
Terlepas dari itu, Gobel pun mengingatkan bahwa membangun industri bukan sekadar membuat barang, tetapi menghasilkan nilai tambah.
"Jadi, apel bendera bukan sekadar apel, tetapi menghormati, menghayati, dan bagaimana menjabarkan nilai itu. Pancasila itu harus dijabarkan dalam kebijakan di perusahaan, dan membangun strategis di perusahaan itu sendiri,” katanya.
Gobel menjelaskan, di perusahaannya selalu diajarkan bahwa bekerja bukan untuk mencari uang, tetapi menghasilan nilai tambah. “Kalau di perusahaan saya diajarkan untuk apa kamu bekerja? Anda bekerja bukan untuk mencari uang, tetapi untuk membuat nilai tambah sehingga di perusahaan saya tidak ada ribut, demonstrasi, karena karyawan saling mengingatkan kawannya,” papar Gobel.
Gobel mengaku tidak pernah turun lagi ke lapangan saat menjadi pengusaha karena semua sudah beres. Ketika sudah beres, Gobel baru terjun ke politik. Dia menegaskan, tidak mungkin menjadi politikus kalau tak bisa mengurus sendiri.
Gobel pun sekaligus menjawab berbagai pertanyaan kenapa dia yang sudah enak menjadi pengusaha, kemudian berpindah haluan sebagai politikus. Dia mengatakan bahwa ini adalah jawaban dari Allah atas doa yang telah diucapkannya selama ini. (boy/jpnn)