Dua Jam Jalan Kaki untuk Cari Sinyal Internet
Ardiansyah juga tampak detail menjelaskan perbedaan tumbuhan dikotil dan monokotil. Mulai akar, batang, hingga bentuk dan struktur daunnya. ’’Untuk melihat penampang akarnya, kita bisa menggunakan apa?’’ katanya memancing para murid untuk menjawab.
Sejurus kemudian seorang siswa angkat tangan dan berucap mikroskop dengan pengucapan yang kurang sempurna. Setelah itu para murid diajak secara bergiliran mengamati akar pohon itu melalui mikroskop.
’’Mengajar dengan cara seperti ini memberikan pengalaman langsung kepada siswa,’’ kata dia.
Menurut Ardiansyah, belajar dengan praktik langsung lebih disenangi para murid. Mereka jadi antusias. Mereka bosan bila pembelajaran dilakukan dengan sistem ceramah. Guru berbicara sendiri, sedangkan murid hanya disuruh mendengarkan.
Ardiansyah mengaku tidak pernah membayangkan akan menjadi guru di pedalaman Papua. Apalagi selama ini dia terbiasa hidup di keramaian kota (Makassar) dengan berbagai fasilitas yang mudah diperoleh.
’’Awalnya sempat kaget. Apalagi sulit sekali mencari sinyal telepon di sini,’’ paparnya.
Salah satu momen yang tidak terlupakan bagi Ardiansyah adalah ketika dia ditunjuk menjadi operator pengisian data pokok pendidik (dapkodik) sekolah itu. Tetapi, karena pengisiannya harus menggunakan jaringan internet, dia perlu online terlebih dahulu supaya bisa menyambung ke server dapkodik di Jakarta. ’’Saya terpaksa harus membawa laptop ke atas bukit supaya dapat sinyal,’’ katanya.
Bersama seorang guru peserta SM-3T yang lain dan beberapa muridnya, dia jalan kaki selama satu jam menuju atas bukit itu. Selain harus membawa laptop, dia juga mesti membawa setumpuk dokumen kepegawaian dan sejenisnya.