Dua Programer Musik Bandung Mengeruk Untung lewat Software
Tak Sangka Yang Beli Musisi-Musisi Top Duniajpnn.com - Butuh dana ratusan juta untuk memiliki sebuah studio rekaman. Dari fakta itulah, dua programer musik asal Bandung sukses mengkreasi software yang bisa dipakai untuk rekaman dengan biaya murah dan dilakukan di mana pun tempatnya.
Laporan DIAR CANDRA-TRI MUJOKO BAYUAJI, Jakarta
LIMA komputer dan dua laptop berderet di ruang kerja PT Kuassa Teknika yang berukuran 4 x 6 meter. Beberapa action figure seperti Superman, Batman, maupun Resident Evil ikut mendekorasi ruangan kantor bercat putih di Jalan Sukasenang V, Bandung, itu.
Seorang di antara dua owner PT Kuassa Teknika, Arie Ardiansyah, sudah menunggu Jawa Pos di ruang tamu, Kamis pagi (20/11). Kawannya, Grahadea Kusuf, menyusul kemudian. Sambil menunggu Dea, panggilan Grahadea, Arie mengawali success story mereka di bidang industri musik digital.
Menurut Arie, scene musik Kota Bandung hampir tidak pernah mati. Berbagai aliran musik tumbuh subur di Kota Kembang itu. Tak heran jika kemudian atmosfer nge-band sangat kental di Bandung.
Virus band-band-an itulah yang juga dirasakan Arie dan Dea. Bersahabat sejak di bangku SMAN 20 Bandung, keduanya tergabung dalam satu band. Musik punk menjadi pilihan ketika mereka bermain untuk Band Disconnected sejak 1998.
Dari aktivitas musik itulah, Arie dan Gea kemudian sepakat untuk patungan membangun sebuah studio musik di Jalan Sukasenang V, Bandung, 2009. Mereka harus mengeluarkan dana sekitar Rp 60 juta untuk itu semua.
’’Tapi, setelah punya studio musik, kami ternyata tergoda untuk punya studio rekaman sendiri. Namun, kami tidak punya banyak uang,’’ tutur Arie.