Dua Universitas Australia Diduga Terkait Pelanggaran HAM di China
"Mereka akan berdalih, ini bidang keahlian saya. Ternyata saya bisa menggunakannya untuk mengidentifikasi orang Uighur sebagai bukan orang (suku) Han. Apa yang dilakukan negara dengan itu bukan tanggung jawabku," kata Prof Leibold.
"Saya pikir memalukan dan mengerikan. Saya kira peneliti Australia seharusnya tidak terlibat. Itu tak diragukan lagi melanggar etika kemanusiaan," katanya.
Curtin University berdalih Prof Liu Wan-Quan hanya fokus pada penyediaan "masukan teknis untuk tim peneliti China".
Curtin, katanya, "secara tegas mengutuk penggunaan kecerdasan buatan, termasuk teknologi pemindaian wajah, dalam segala bentuk profil etnis yang berdampak negatif dan atau menganiaya orang atau kelompok mana pun."
Elaine Pearson dari Human Rights Watch menyerukan agar Curtin University dan universitas Australia lainnya meninjau kembali penelitian mereka dengan lembaga Pemerintah China, khususnya di bidang intelijen dan pengintaian.
"Bukan rahasia lagi jika China menggunakan alat pengenal wajah untuk membuat profil ras Uighur dan kita tahu apa yang terjadi kemudian sebagai konsekuensi dari profil rasial itu," katanya.
Simak berita selengkapnya dalam Bahasa Inggris di sini.