Dua Warganya Dibantai ISIS, Wamenlu Jepang: Kami Tetap Menghormati Muslim
TOKYO - PM Shinzo Abe bersumpah tidak akan memaafkan perbuatan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) yang telah membunuh dengan sangat keji dua warga Jepang, Kenzi Geto dan Haruna Yukawa.
Meski begitu, mereka menyadari betul bahwa ISIS bukan representasi muslim. Karena itu, tidak ada perubahan sama sekali dalam hal kontrol imigrasi untuk pendatang yang memeluk Islam.
"Kami tetap menghormati muslim di mana pun. Termasuk yang datang ke Jepang. Kami sepenuhnya menyadari perbedaan antara Islam dan gerakan radikal," kata Wakil Kementerian Luar Negeri Jepang (Ministry of Foreign Affairs/MOFA) Akiyama Kohei saat ditemui wartawan Jawa Pos Ariyanti K.R. di sela diskusi bersama jurnalis dari negara-negara ASEAN di Tokyo, Senin (9/2).
Pria yang menjabat deputy director National Security Policy Division Foreign Policy Bureau itu yakin, meski tergolong sebagai pendatang yang minoritas, berbagai kemajuan telah dilakukan para pendatang muslim.
Misalnya, warga muslim kini tidak terlalu sulit menemukan restoran halal di pusat kota. Kamar-kamar hotel pun kini disediakan petunjuk kiblat salat.
Mengenai kebijakan politik luar negeri, Kohei menuturkan, Jepang tidak akan mengubah perlakuannya untuk negara-negara Timur Tengah. Mereka tetap memberikan bantuan kemanusiaan untuk penduduk Syria, Iraq, dan negara-negara sekitar.
"Jika kami menjadi berubah hanya karena takut, para teroris itu akan tahu ancaman mereka efektif hingga tak bisa dielakkan lagi bahaya dan risiko terorisme akan meningkat," jelas Kohei.
Pemerintah memang mengevaluasi musibah tersebut. Termasuk melarang jurnalis yang melakukan perjalanan ke Syria. Mereka juga semakin meningkatkan kontak dengan para pekerja kemanusiaan tersebut dan menginformasikan segala hal tentang keamanan yang perlu mereka ketahui.
"Kami meningkatkan perlindungan terhadap mereka. Tapi, kami tidak akan berhenti memberi," tegas Kohei.
Soal implementasi dari pernyataan Abe, Kohei menjelaskan, Jepang akan bekerja sama dan meningkatkan hubungan dengan komunitas internasional yang fokus memerangi teroris. Mereka juga memikirkan beberapa kemungkinan.
Termasuk mendampingi negara-negara Timur Tengah dalam hal pembangunan sistem keamanan. Juga, meminta Dewan Keamanan PBB untuk semakin aktif menyerukan penghentian aksi teror itu.
"Bahaya ISIS tidak hanya untuk Jepang, AS, dan Eropa. Tapi juga negara-negara ASEAN," ujar Kohei. (*)