Dukung Pariwisata Bali, Ancaman Bom Tak Perlu Dibesar-Besarkan
jpnn.com - DENPASAR- Tim crisis center Kementerian pariwisata menggelar diskusi dengan PWI di Bali. Dukungan para pewarta di Bali, cukup besar agar sektor pariwisata di sana tetap kondusif dan bisa maksimal.
"Seluruh wartawan di Bali ini sangat paham bahwa masyarakat Bali itu sangat menggantungkan hidup dari pariwisata. Makanya, kami tidak mau membesar-besarkan berita surat kaleng ancaman bom di Buleleng," kata Sekretaris PWI Bali, Emannuel Dewata Oja.
Diskusi yang berlangsung akrab itu dihadiri sekitar 20 wartawan media cetak, elektronik dan online. Ikut hadir dalam acara itu Ketua Asosiasi Tour and Travel Agency (Asita) Bali, I Ketut Ardana dan Humas Kemenpar.
"Pemberitaan media di Bali cukup bagus dalam menyikapi surat kaleng ancaman bom di Buleleng. Dan, Pak Menteri Pariwisata Arief Yahya menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan dari media cetak, elektronik dan online di Bali yang menyajikan berita-berita cukup menyejukkan," kata Ervik A Susanto yang memimpin rombongan Tim Crisis Centre Pariwisata.
Kejadian surat kaleng yang terjadi di Buleleng, Bali juga sudah semestinya tidak perlu terekspose bahkan menjadi besar. "Itu sebenarnya surat datang ke Kecamatan. Kami sudah sepaham, bahwa Pariwisata dan Bali adalah hal yang sangat penting, maka dari itu kami tidak akan menghebohkan hal ini. Sebab, bisa saja surat kaleng itu dikirim agar wisatawan tidak datang ke Bali," ujar pria berkacamata itu.
I Ketut Ardane mengungkapkan bom di Sarinah Jakarta dan ancaman surat kaleng di Buleleng itu tidak berpengaruh dengan kunjungan wisatawan.
"Saya bisa pastikan tidak ada pengaruhnya karena setelah kejadian itu saya langsung koodinasi dengan agen-agen biro perjalanan di Tiongkok , Hongkong, Thailand dan Australia. Dari hasil koordinasi itu saya dapat kepastian tidak ada pembatalan kunjungan ke Bali," katanya.
Selain melakukan diskusi, pada hari yg sama Tim Crisis Centre Pariwisata juga melakukan kunjungan ke kantor Radar Bali, dan Wakapolda Bali. (dkk/jpnn)