Dukung Prabowo, Mahfud Diminta tak Gelap Mata
jpnn.com - JAKARTA - Peneliti dari POIN, Karel Susetyo mengatakan Mahfud MD sudah gelap mata membela Presiden Prabowo Subianto terkait isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Apalagi pembelaan itu diserupakan dengan sang Proklamator, Soekarno yang juga dianggap melanggar HAM.
Menurut Karel, sebagai seorang negarawan dan intelektual, mantan ketua Mahkamah Konstitusi itu harusnya menjaga sikap dan ucapannya. Walapun kata dia, berada dalam posisi sebagai partisan.
"Kasus Mahfud MD persis dengan Wimar Witoelar. Keduanya intelektual sekaligus seorang humanis. Tapi karena mengambil posisi sebagai partisan, maka keduanya menjadi gelap mata dan menafikan obyektifitas yang selalul lekat pada diri intelektual," kata Karel dalam keterangan persnya, Sabtu (21/6).
Karel mengatakan Mahfud adalah contoh intelektual yang telah menjadi pemandu sorak para capres sehingga kehilangan nilai kritisisme dan menganggap yang paling benar adalah kandidatnya saja.
"Perilaku tokoh ini menurut saya sudah offside. Sehingga jelas merugikan kandidat capres masing-masing," katanya.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto mengatakan Moh Mahfud MD harus meminta maaf karena menyebut Presiden Soekarno sebagai pelanggar HAM. Kata dia, pernyataan Mahfud itu sangat tidak terpuji dan patut disayangkan karena tidak saja menyakiti keluarga Bung Karno, tetapi juga jutaan rakyat Indonesia.
"Oleh karena itu, kami meminta saudara Mahfud menjelaskan maksud pernyataannya itu dan meminta maaf pada keluarga Bung Karno dan kepada rakyat Indonesia secara terbuka,” tegasnya.
Seperti diketahui, saat meresmikan Kantor MMD Initiative di Provinsi Bengkulu, Jumat (20/6), Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Mahfud MD menuding mantan Presiden Soekarno juga ikut bertanggung jawab dan terlibat dalam kasus pelanggaran HAM saat ia memerintah. Menurut Mahfud, jika mau buka-bukaan soal pelanggaran HAM, maka Bung Karno dan Soeharto pun bisa kena.