Dulu Office Boy, Kini Ubah Limbah Pelepah jadi Rupiah
“Dijual di sekitar Serang saja. Keliling pakai ontel,” kata Hakim memperlihatkan sepeda bututnya yang terpakir di depan rumahnya yang terletak di sudut gang tak jauh dari SD Negeri 7 Serang di Kaujon. Hakim juga memasarkan barangnya ke daerah Jakarta, Bekasi, dan Depok.
Bukan soal uang yang didapat untuk memperbaiki taraf ekonominya, pria kelahiran Jakarta 48 tahun silam ini mengaku bangga bisa membuat kerajinan.
Terlebih, bisa menjadi mandiri tanpa harus bergantung dengan bantuan pemerintah.
“Selama ini resep saja. Ada kebanggan, dagang dari usaha sendiri dan bikin pembeli puas,” ujarnya tersenyum.
Setelah menceritakan pengalamannya, Hakim mengajak Radar Banten melihat proses pengerjaan kerajinannya.
Di atas saung bambu seukuran tiga meter persegi berbahan bambu di depan rumahnya, Hakim memperkenalkan bahan-bahan dan perkakasnya. Mulai dari gergaji, pahat, ukuran, ampelas, dan lain-lain.
Saung bambunya memang masih kecil, tapi di balik itu, Hakim punya cita-cita besar yang tercapai.
Di saat pemerintah baru berwacana mengembangkan industri kreatif, Hakim dengan kemandiriannya secara nyata melakukannya. Bahkan, dengan tekadnya itu, ia ingin mengubah saung bambunya menjadi sanggar kerajinan.