Efek Rustriningsih Masih Diperdebatkan
JAKARTA - Kader PDI Perjuangan yang juga mantan wakil gubernur Jawa Tengah Rustriningsih dirumorkan telah bergabung ke kubu Prabowo-Hatta Rajasa. Efek atas bergabungnya wanita berjilbab ini pun menjadi perdebatan bagi sebagian pengamat.
Pengamat politik Universitas Indonesia, Agung Suprio menilai bergabungnya Rustriningsih ke kubu Prabowo-Hatta justru akan menambah sengit pertarungan di kandang banteng. Kader PDIP ini diakui memiliki lumbung massa yang cukup besar di Jateng.
"Jateng yang merupakan lumbung massa PDIP ini dimungkinkan akan bergeser suaranya. Karena Rustri merupakan kader inti dan pernah menjadi Wakil Gubernur Jateng ini akan membawa kepercayaan diri warga Jateng yang masih malu-malu memberikan dukungan kepada Prabowo - Hatta," kata Agung, saat dihubungi, kemarin (1/7).
Selain itu secara demografi, lanjut Agung, Rustri berpotensi membawa dukungan suara dari Kebumen yang merupakan tanah kelahirannya. Dia pernah menjadi bupati dalam dua kali periode. Kinerja Rustri selama menjadi bupati tidak disanksikan lagi. Itulah mengapa dirinya sangat berpengaruh di Jateng terutama Kebumen dan wilayah sekitarnya.
"Rustri berpotensi membawa pengaruh massa di Kebumen, daerah kelahirannya dan daerah - daerah sekitarnya," katanya.
Rustri juga sangat berpotensi menarik suara dari kalangan perempuan karena Rustri dikenal sebagai Srikandi pertama di daerahnya. Jika semua potensi yang ada pada Rustri tersebut mampu dikapitalisasi oleh timses Prabowo-Hatta maka elektabiltas Jokowi-JK akan kian tergerus.
"Rustri memiliki banyak potensi yang tentunya akan berpengaruh memberi suara kepada Prabowo-Hatta," kata Agung.
Diberitakan sebelumnya, PDIP berniat untuk memecat Rustri karena memilih mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa ketimbang Joko Widodo-Jusuf Kalla. Rustri pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah mendampingi Bibit Waluyo pada 2008.
Namun pendapat berbeda diutarakan oleh pengajar S2 komunikasi politik Universitas Diponegoro Ari Junaedi. Menurutnya, aksi "loncat" pagar yang dilakukan oleh Rustriuningsih adalah bentuk sakit hati karena tidak lagi diperhatikan oleh partainya.
Dampak pemilihan dan kemenangan Ganjar Pranowo di Pilgub Jateng tampaknya masih membekas di hati Rustriningsih. Rustri dianggap belum bisa legowo diistirahatkan partainya bahkan bersikap melawan sekarang ini dengan berpindah dukungan terhadap Prabowo-Hatta.
Dia pun menuturkan akan lebih elegan jika Rustri mundur terlebih dahulu sebelum menyatakan dukungan terhadap Prabowo-Hatta. “Biar bagaimanapun, Rustri besar karena PDIP," papar Ari Junaedi yang intens mengikuti dinamika politik di PDIP sejak bernama PDI di tahun 1995 hingga sekarang.
Atas dasar itu, Ari menegaskan pembelotan Rustriningsih tidak berakibat besar bagi raihan suara Prabowo-Hatta di Jawa Tengah mengingat kontribusi Rustriningsih dalam "menggembosi" kemenangan Ganjar Pranowo di Pilgub Jateng kemarin tidak terbukti.
Menurutnya, Jawa Tengah tetap akan menjadi lumbung suara bagi pasangan Jokowi-JK mengingat secara tradisional Jateng adalah kandang banteng dan Solo sebagai tempat asal Jokowi berada di wilayah Jawa Tengah.
Justru dengan beralihnya pilihan politik Rustriningsih ke Prabowo menjadi akhir dari karir politik Rustri yang lama terjalin sejak menjadi aktivis mahasiswa dulu.
“Beralihnya pilihan politik Rustriningsih juga menjadi akhir idealisme politik Rustriningsih selama ini yang lekat dengan aspirasi rakyat bawah," urai Ari Junaedi.
Kalau saja Rustriningsih tetap istiqomah dalam politik, misalnya tidak berpihak kepada salah satu kubu, justru pilihannya akan dihormati rekan maupun masyarakat bawah. Ketika Rustri menolak undangan partai Demokrat untuk mengikuti ajang konvensi, sebenarnya Rustri sudah dikagumi banyak kalangan.
"Tetapi ketika Rustri tidak memilih Jokowi dan berpihak kepada Prabowo maka semakin jelas sikap sakit hatinya kepada partai yang selama ini membesarkan dia," ujarnya. (dli)