Ekonom: Program Gus Ipul - Mbak Puti Lebih Memberikan Solusi
jpnn.com, SURABAYA - Ekonom dari Universitas Brawijaya, Dias Satria PhD menilai, duet kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno atau Gus Ipul - Mbak Puti, lebih terukur menghadirkan solusi buat masyarakat saat debat publik di Surabaya, Selasa (8/5) malam.
Debat publik kedua Pilgub Jawa Timur malam tadi bertema Ekonomi dan Pembangunan. “Gus Ipul dengan pengalamannya sepuluh tahun mampu mengelaborasikan programnya. Dia berangkat dari kinerja dan penguasaan masalah, dan dengan pengalaman itu, dia sampaikan solusi terukur,” ujar Dias.
Menurut Dias, tujuan pembangunan yang ingin disampaikan Gus Ipul lebih jelas dan spesifik. Hal ini berbeda dengan pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak yang cenderung mengambil posisi yang bersifat lebih makro.
Dias yang merupakan dDoktor ekonomi lulusan University of Adelaide Australia itu mencatat, ada tiga hal penting yang selama debat menjadi fokus utama Gus Ipul - Mbak Puti.
Pertama, pembangunan inklusif dan berkeadilan. Gus Ipul berulang kali menyatakan pentingnya pembangunan dan infrastruktur berkeadilan. ”Jadi tidak semata-mata bicara infrastruktur dalam konteks elitis, tapi bagaimana itu bisa menyentuh kebutuhan rakyat, seperti sanitasi, rumah layak huni, dan irigasi, infrastruktur yang gerakkan ekonomi rakyat,” ujarnya.
Gus Ipul dan Mbak Puti juga tidak melupakan soal infrastruktur sosial. ”Aspek kelembagaan dan modal sosial dalam ekonomi sebagai salah satu bagian dari infrastruktur sosial tidak dilupakan, misalnya dengan penguatan kelompok sadar wisata untuk pengembangan destinasi yang disebut Gus Ipul dan Puti bisa membuka ratusan ribu lapangan pekerjaan baru,” ujarnya.
Konsep itulah, sambung Dias, yang dibutuhkan Jawa Timur untuk mengurangi kesenjangan. Termasuk fokus Gus Ipul dalam menekan kesenjangan antara kawasan utara yang selama ini lebih sejahtera dibanding daerah kawasan selatan Jatim lewat program Tebar Jala (Pusat Ekonomi Baru Jalur Selatan).
Juga ada pengembangan Madura lewat program Satria Madura (Satu Triliun bagi Madura). ”Kehadiran pusat-pusat ekonomi baru di selatan Jawa dan Madura otomatis mendorong pemerataan pembangunan di Jatim,” ujarnya.