Ekonom Ungkap Sikap Investor Tak Biasa, Reaksi Tapering The Fed?
"Kalau sebelumnya kita happy soal windfall dari krisis energi, mungkin sudah saatnya pakai sabuk pengaman," ujar Bhima.
Bhima menuturkan kenaikan komoditas sebelumnya telah menyebabkan biaya produksi industri manufaktur membengkak sehingga pelaku pasar khawatirkan inflasi lebih tinggi dalam waktu dekat.
Inflasi jelas jadi momok karena menggerus return aset. Indikator lain yang perlu diwaspadai adalah Credit Default Swap yang mengalami titik terendah pada September 2021.
"CDS perlahan fluktuatif mengarah pada kenaikan," ungkapnya.
Bhima mencatat CDS berada di level 83,6 pada (2/11) berada di atas posisi september di 66. Naiknya CDS bisa jadi risiko surat utang Indonesia mulai meningkat lagi.
Menurut dia, pemerintah dan BI harus segera lakukan koordinasi untuk menajag devisa terutama optimalisasi ekspor non komoditas dari dampak kebijakan The Fed.
Di samping itu memberi insentif tambahan agar devisa hasil ekspor (DHE) lebih besar dikonversi ke rupiah.
"Kita sekarang berharap dari uang hasil penjualan sawit dan batu bara akan ditanamkan di dalam negeri bukan malah disimpan di bank luar negeri," beber dia.