Ekonomi Batam Lesu, Usaha Money Changer Pada Gulung Tikar
jpnn.com, BATAM - Ketua Asosiasi Penukaran Valuta Asing (APVA), Amat Tantoso, mengatakan bisnis penukaran mata uang asing atau money change di Kota Batam, Kepri, tengah lesu.
Bahkan, tak sedikit dari pemilik usaha money changer itu yang gulung tikar.
“Penyebabnya, perekonomian Batam sedang lesu, kebutuhan mata uang asing, khususnya Dolar Singapura juga sangat minim sekali. Tingkat kunjungan wisman ke Batam yang turun drastis,” ujarnya Amat Tantoso kepada Batam Pos (Jawa Pos Group) kemarin.
“Di samping itu juga, akhir-akhir ini kan banyak pengangguran, perusahaan banyak tutup yang biasanya mereka lah pembeli mata uang asing di Batam untuk transaksi, baik pembelian maupuan pembayaran," tambah Amat Tantoso.
Dalam kondisi perekonomian yang serba sulit saat ini, lanjut Amat, banyak warga di Batam yang memiliki mata uang asing, sengaja menyimpannya, tak menukarkannya ke mata uang rupiah.
"Dalam kondisi kurs rupiah lagi jatuh seperti hari ini (kemarin) terhadap mata uang asing Dolar Singapura yakni sudah mencapai hampir Rp 10 ribu per Dolar Singapura, atau tepatnya Rp 9.980, warga Batam berbondong-bondong menukarkan dolarnya ke money changer. Ini sedikit membantu juga terhadap kelangsungan usaha money changer, meski tak signifikan," terang Amat Tantoso.
Justru, lanjut Amat, saat ini mayoritas money changer di Batam hanya mengandalkan orderan pembelian mata uang asing dari luar kota seperti dari Jakarta, Medan dan Surabaya. Sementara untuk pembelian mata uang asing untuk lokal di Batam, terjadi penurunan drastis hingga lima puluh persen lebih.
"Saat ini di Kepri, money changer ada 150. Separuhnya berada di Batam. Sementara yang awalnya eksis dan saat ini lebih menutup tempat usaha penukaran uang asingnya di Batam jumlahnya ada lumayan banyak, tapi angka pastinya saya tak ingat,” kata Amat Tantoso.