Ekonomi Tumbuh 5,7 Persen
Berbeda dengan Brumby, Ekonom Senior yang juga Deputy Country Director Asian Development Bank (ADB) di Indonesia Edimon Ginting mengatakan jika konsumsi di Indonesia masih akan kuat. Alasannya, kepercayaan konsumen atau consumer confidence tahun lalu memang turun karena tingginya inflasi akibat kenaikan harga BBM pada Juni 2013.
Tahun ini, dampak inflasi akibat kenaikan harga BBM sudah tidak ada. "Karena inflasi sudah terkendali, consumer confidence membaik, maka konsumsi masih akan kuat," ucapnya.
Adapun terkait kontribusi investasi, Edimon melihat masih akan tumbuh dengan baik. Dia mengakui, pertumbuhan kredit secara keseluruhan memang melambat, tapi kredit investasi justru masih tumbuh di kisaran 30 persen.
"Apalagi, business confidence (kepercayaan bisnis, Red) juga membaik, jadi kami kira investasi masih akan kuat," ujarnya.
Bahkan, lanjut dia, Indonesia berpotensi bisa tumbuh lebih tinggi tahun ini. Syaratnya, ekonomi Tiongkok bisa tumbuh di atas proyeksi 7,5 persen, serta harga komoditas CPO maupun pertambangan bisa naik lebih cepat sehingga bisa mendorong kinerja ekspor lebih tinggi.
"Jika dua hal itu terjadi, Indonesia bisa tumbuh di atas 5,7 persen, bahkan mungkin bisa 6 persen. Tentu, ini dengan catatan Pemilu berjalan lancar, tidak ada gejolak," katanya.
Sementara itu, pemerintah tetap optimistis dengan target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,8 - 6,0 persen tahun ini. Menteri Keuangan Chatib Basri menyebut, membaiknya ekonomi global dan naiknya konsumsi yang terdorong Pemilu menjadi dua faktor utama pendorong ekonomi Indonesia.
"Tantangan Indonesia saat ini adalah memperkuat fundamental dengan menekan defisit transaksi berjalan, kalau pertumbuhan ekonomi saya optimistis masih cukup kuat," ujarnya. (owi)