Eksistensi Wong Hang 81 Tahun Jadi Spesialis Jas
Studi Banding Biar Tetap Up-to-Datejpnn.com - Di tengah dinamika dunia fashion tanah air, tidak mudah mempertahankan bisnis di bidang pakaian. Apalagi pakaian laki-laki. Tapi, salah satu label dari Kota Pahlawan, Wong Hang, membuktikannya. Agustus lalu Wong Hang mendapat penghargaan Indonesian Living Legend Brands 2014 dari salah satu majalah ibu kota.
Laporan Dinda Lisna Amilia, Surabaya
===============================
APAKAH ada orang yang memesan Chinese food di restoran makanan Padang? Itulah analogi Wong William soal kemungkinan membuka desain busana perempuan. Ya, sejak berdiri pada 1933, Wong Hang memang punya spesialisasi tailor. Tak ada baju cewek di sana.
Wong William adalah generasi ketiga pada bisnis itu. Dia adalah anak Wongso Soebroto. Wongso diwarisi bisnis tersebut oleh Wong Hang, ayahnya yang meninggal pada umur 40 tahun. Wongso adalah anak pertama di antara sembilan bersaudara. Karena itu, dia yang meneruskan.
William juga terlibat dalam bisnis keluarga tersebut saat usianya muda. Sejak remaja, bungsu di antara lima bersaudara itu melirik upaya keluarga besarnya. Semua bahu-membahu membangun bisnis tersebut.
”Saya benar-benar terlibat saat masih kuliah, sekitar awal 1990-an,” ucap suami Elizabeth Andi tersebut. Sejak tahun itu pula, seluruh anak Wongso sepakat untuk memikirkan cara mengembangkan bisnis keluarga tersebut.
Hal pertama yang mereka lakukan adalah meng-update desain jas. Sebab, saat itu jas identik dengan baju yang kukuh, kaku, dan berat. Jadi, kesannya, jas hanya bisa digunakan dalam waktu yang singkat pada sebuah acara formal.
Mereka studi banding ke Singapura, Malaysia, Hongkong, Tiongkok, Inggris, Prancis, hingga Italia. ”Lumayan, sekalian jalan-jalan,” ucap alumnus Jurusan Manajemen Universitas Kristen Petra tersebut.