Elite Gerindra Disarankan Tiru Politisi Partai Demokrat
jpnn.com, JAKARTA - Hasil akhir Pemilihan Presiden 2019 tinggal menunggu proses sengketa hasil pilpres yang kini bergulir di Mahkamah Konstitusi (MK).
Meski tahapan Pilpres 2019 telah berakhir, pengamat politik Afriadi Rosdi melihat masih banyak warga memandang kompetisi politik sebagai permusuhan.
"Saya kira ini sebuah pandangan yang sangat keliru, sehingga menghasilkan sikap yang keliru juga, yaitu menganggap kawan sebangsa yang berbeda pilihan sebagai musuh," ujar Afriadi kepada JPNN, Selasa (11/6).
Dosen di STIKOM-InterStudi Jakarta ini melihat kecenderungan politikus bermental busuk memanfaatkan pandangan keliru masyarakat yang ada untuk kepentingan politik sesaat. Seakan tak peduli dengan efek negatif yang dapat ditimbulkan, yaitu disintegrasi bangsa, disharmoni dalam masyarakat, kekacauan sosial dan sejenisnya.
"Bangsa ini masih harus belajar banyak dalam berdemokrasi. Kelompok yang sudah paham dengan nilai-nilai demokrasi dan dinamika yang dihasilkannya, harus lebih sabar menghadapi kelompok yang memosisikan kompetisi politik sebagai permusuhan tersebut," ucapnya.
BACA JUGA: Soal Kerusuhan 21 - 22 Mei, PRN Siap Gelar Aksi di Mabes Polri
Ketua Pusat Kajian Literasi Media ini kemudian mencontohkan sikap politik yang diperagakan elite Partai Demokrat pasca-pengumuman hasil Pilpres 2019.
Antara lain, silaturahmi politik Ketua Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ke keluarga Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat Idul Fitri.