Elpiji 3 Kg Kembali Langka di Batam
jpnn.com - BATAM - Kenaikan harga elpiji kemasan 12 kilogram (kg) sebesar Rp 1.500 yang mulai berlaku sejak 2 Januari, dicurigai jadi pemicu masyarakat berpindah ke tabung elpiji 3 kg atau tabung melon. Sehingga, tabung gas melon kembali sukar ditemui di beberapa kawasan dan harga kembali melambung tinggi.
"Saya muter-muter cari gas melon tak ada, tapi pas ada ketemu satu harganya mahal sampai Rp 26 ribu," kata Sina, wanita yang tinggal di Bengkong, Minggu (4/1).
Padahal, Pemkot Batam sudah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) gas melon 3 kg sebesar Rp 18 ribu. Namun, realita di lapangan pengecer bisa menjual antara Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu.
"Tolonglah diawasi, jangan-jangan semua orang pakai gas 3 kg karena yang 12 kg mahal," pintanya.
Sementara itu, PT Pertamina Kepri saat dihubungi Batam Pos (Grup JPNN.com) menyatakan masih menunggu usulan dari pemerintah daerah (Pemda) Kepri terkait penentuan jumlah kuota elpiji 3 kg untuk tahun 2015 yang akan diajukan ke pusat.
"Kami sudah ada diskusi dan koordinasi dengan Dinas Pertambangan dan Energi Kepri, dari data-data yang disampaikan nanti akan dipakai untuk pengajuan," ujar Agung Nurhananto, Sales Executive PT Pertamina Kepri, beberapa waktu lalu.
Melihat besaran target dan realisasi konsumsi gas melon dalam dua tahun terakhir di Kepri, rata-rata terjadi kenaikan sekitar 17 persen. Pertamina Kepri mencatat, pada tahun 2013 realisasi konsumsi sebesar 31.521 metrik ton. Sedangkan pada tahun 2014, target konsumsi elpiji melon sekitar 36.793 metrik ton. Realisasi yang tercatat hingga November 2014 sebesar 33.231.
"Sepertinya tak jauh dari target konsumsi, karena perhitungan bulan Desember belum keluar," terangnya.(rna/jpnn)