Empat Napi Kasus Terorisme Tewas di Nusakambangan
jpnn.com, JAKARTA - Hingga saat ini setidaknya ada empat narapidana kasus terorisme (napiter) yang tewas di NUsakambangan akibat berbagai penyakit. Kondisi tersebut mengindikasikan perlunya perbaikan layanan kesehatan dan lingkungan penjara.
Sesuai data Polri, napiter yang baru saja meninggal dunia bernama Agus Tri Mulyono bin Damija. Napi tersebut dipenjara di Lapas Kelas I Batu Nusakambangan. Dia mengalami sesak napas. Kendati sempat dirujuk ke RSUD Cilacap, dia meninggal dunia pada Jumat (12/10) akibat tuberculosis paru.
Napiter lainnya yang meninggal adalah Basri. Dia juga mengalami gejala sakit yang hampir sama. Dia meninggal Juni lalu karena komplikasi penyakit paru, diabetes, dan kegagalan fungsi jantung.
Selanjutnya, Hamam alias WN. Napiter yang masuk dalam kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) itu meninggal dunia September lalu. Hasil otopsi menyebutkan, Hamam meninggal akibat dehidrasi parah dan pecah usus buntu.
Agustus lalu, napiter bernama Irsyan alias Ican juga meninggal dunia. Penyebabnya, Irsyan mengigit pembuluh darahnya sendiri. Dia diketahui mengalami gangguan psikotik akut.
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo membenarkan meninggalnya Agus di RSUD Cilacap. ”Kami bantu pemulangan jenazah,” katanya. Jenazah napiter kasus bom Surabaya tersebut diantar ke Surabaya untuk dikebumikan. ”Selain petugas, ada keluarga yang mengantar,” papar jenderal berbintang satu tersebut.
Sementara itu, Pengamat Terorisme Al Chaidar mengatakan, meninggal dunianya napiter di penjara itu mempengaruhi pergerakan napiter yang masih bebas. Sebab, bisa jadi ada pandangan, lebih baik mati saat melawan dari pada tertangkap. ”Soalnya ujung-ujungnya mati juga,” paparnya.
Hal itu akan berdampak pada upaya deradikalisasi. Sebab, upaya deradikalisasi itu membutuhkan kepercayaan. Masalahnya, kerap kali pemerintah tidak terbuka atas tewasnya napiter. ”Kondisi ini membuat masyarakat curiga, jangan-jangan diperlakukan tidak layak atau malah disiksa,” ungkapnya.