Empat Tahun Tsunami, Kisah Mereka yang Bangkit dari Titik Nol (1)
Sembuh dari Gila, Sukses Kelola Warung Kopi di PantaiRabu, 03 Desember 2008 – 05:47 WIB
Saat bertahan di atap masjid, Muhari melihat seorang anak seusia putrinya, Wiwiek, berlari menjauh dari pantai. Bajunya compang-camping. Muhari yang mengira itu anaknya lalu memanggil-manggil dari atas masjid. Tapi, tak ada jawaban. Tiba-tiba datang gelombang susulan dan wanita itu pun lenyap. ”Saat itu saya mau turun. Kalau jadi, saya sudah tak di sini (meninggal),” akunya.
Setelah gelombang mereda, sorenya Muhari dengan dibantu Brimob turun dari atap masjid. Pakaiannya koyak di mana-mana, kepala dan tubuhnya berdarah penuh luka. ”Sejak saat itu saya tidak berjumpa anak-anak dan istri,” katanya.
Muhari tak mau hanya melihat masa silam. Sebab, kini dia sudah punya istri baru dan anak yang masih kecil. Dia bertekad membawa keluarga barunya menatap masa depan bumi Serambi Makkah yang lebih baik. ”Beruntung saya bisa bangkit. Ini yang saya syukuri,” katanya bersyukur.