Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Empon-Empon

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Minggu, 22 Agustus 2021 – 19:29 WIB
Empon-Empon - JPNN.COM
Terawan Agus Putranto. Foto: Ricardo/JPNN.com

Ini bukan kasus pertama yang terjadi. Sejak muncul kasus flu burung pada 2005, Indonesia sudah menjadi korban eksploitasi WHO. Ketika itu, Indonesia yang sudah siap memroduksi vaksin sendiri dipaksa oleh WHO untuk menghentikan produksi dan menyerahkannya kepada organisadi di bawah PBB itu.

WHO mengambil vaksin dari Indonesia dan menyerahkan kepada perusahaan farmasi Eropa. Setelah diproduksi massal, vaksin dijual mahal ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Ketika itu Siti Fadilah Supari selaku menteri kesehatan mencoba melawan hegemoni dan dominasi WHO dengan lantang berbicara di mana-mana. Akan tetapi, perlawanan Siti Fadilah hanya menjadi teriakan dalam kegelapan, a cry in the dark, dan dia akhirnya harus mendekam di gelapnya ruang penjara.

Kasus Vaksin Nusantara serupa tapi tak sama. Dr Terawan Agus Putranto menemukan satu formula vaksin yang berdasarkan pada kearifan lokal, yang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.

Vaksin berbasis sel deindritik yang ditemukan Terawan lebih aman karena diambil dari sel masing-masing orang yang kemudian disuntikkan kembali. Tidak ada penyeragaman gebyah-uyah ala vaksin WHO. Vaksin Nusantara adalah tameng terhadap virus yang diambil dari darah kita sendiri.

Namun, Vaksin Nusantara mengancam dominasi vaksin WHO. Berbagai kampanye dilontarkan untuk mendiskreditkannya.

Berbagai aturan birokrasi dipasang untuk mengadangnya. Yang terjadi adalah de javu, peristiwa lama yang dialami Siti Fadilah terulang kembali.

Suara perlawanan tidak akan berhenti. Terawan boleh dibungkam, tetapi perlawanan secara terbuka maupun klandestin jalan terus.

Suara perlawanan tidak akan berhenti. Terawan boleh dibungkam, tetapi perlawanan secara terbuka maupun klandestin jalan terus.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News