Erick Thohir: Hanya 10% Masih Bertahan, Sisanya Berat
jpnn.com, JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir menilai langkah pemerintah untuk tidak memberlakukan lockdown beberapa waktu lalu sudah tepat, demi menyelaraskan aspek kesehatan dan ekonomi.
Hal yang diperlukan dalam situasi tak normal dan penuh tantangan akibat COVID-19, adalah kemampuan adaptasi dan juga melakukan berbagai terobosan out of the box agar ekonomi pulih.
"Pandemi COVID-19 mengubah segalanya, mulai dari cara bekerja dan bagaimana mengelola bisnis. Tak hanya sektor swasta, perusahaan BUMN pun terdampak. Kini kita melihat di kuartal pertama ekonomi Indonesia masih tumbuh 2,9 persen sementara sejumlah negara lain di periode sama ada yang sudah minus hingga 17 persen," kata Erick dalam acara Let's Talk From Home di aplikasi Maxstream dikutip Selasa (21/7).
Dengan kebijakan new normal, dia optimistis, dalam beberapa bulan ke depan, ekonomi akan kembali pulih di kisaran 50 persen dan akan kembali normal 100 persen setelah vaksin ditemukan.
“Ekonomi harus mulai bergerak, dan kami yakini dalam beberapa bulan ke depan, maksimal 50 persen ekonomi akan kembali. Saat ini juga menjadi tantangan, melakukan adaptasi, berusaha mencari, mendapatkan uang tetapi cost efisiensi juga dilakukan. Namun, ada banyak pekerjaan baru akibat COVID-19, yaitu digitalisasi, semua dipaksa berubah dalam waktu sesingkat-singkatnya,” tambahnya.
Dijelaskannya, dampak COVID-19 juga terasa ke perusahaan BUMN. Sebelum COVID-19, di periode Februari 2020, pemerintah masih optimistis BUMN akan mampu memberi deviden besar ke negara.
Namun akibat COVID-19 semua berubah, mayoritas BUMN terkena dampak, dan pertumbuhannya terganggu.
Erick menyebutkan yang bertahan dari gempuran COVID-19 hanya BUMN sektor digital, kesehatan, perkebunan.