Erni Ingin Duduk di Depan Makam Amrozi Sambil Membawa Bunga
Menurut Ali, istrinya belum pernah seterbuka itu dengan orang. Namun, begitu melihat fisik korban yang cacat, kehilangan kaki, muka terbakar, mata yang hilang satu, Luluk perlahan melunak. "Anak-anak saya juga mendekati para korban," ungkapnya.
Saat itulah kondisi mencair. Bahkan, kenang Ali, sang istri melakukan hal yang belum pernah dia mau lakukan sebelumnya: berfoto bersama!
Tidak cukup sampai di situ, para korban dan keluarga mantan pelaku teroris itu pun serentak berangkat ke Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang tidak jauh dari situ.
Mereka bertamasya dadakan. Diliputi kegembiraan, Ali Fauzi menanggung semua biaya tiket masuk.
Mereka menikmati wahana sambil tertawa bersama layaknya keluarga. Mereka bahkan menjajal wahana crazy car. "Abis turun pada muntah semuanya," kenang Fauzi, lantas tertawa.
Dalam Silaturahmi Kebangsaan NKRI yang diadakan BNPT Senin lalu, ke-51 korban dan 124 mantan pelaku teror memang diupayakan untuk bisa membaur. Agar mengerti satu sama lain.
Para mantan napi agar tidak kembali terjerumus dalam radikalisme dan terorisme. "Bagi korban, acara seperti ini bisa menjadi salah satu terapi untuk mengatasi trauma," kata Suaersih.
Pertemuan antara penyintas dan mantan napi terorisme itu baru pertama diadakan pemerintah. Hadir pula Menko Polhukam Wiranto, Menristekdikti M. Nasir, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Menteri Sosial Idrus Marham, Ketua Panja RUU Antiterorisme M. Syafii, dan Ketua BNPT Komjen Suhardi Alius.