Erupsi Berlalu, Banjir Lahar Dingin Mengancam
"Namun kami adopsi dengan cara ATM (amati, tiru, modifikasi). Kalau gak ada sabo, Malioboro dan alun-alun Yogya bisa teredam," katanya.
Sabo yang sudah dimodifikasi di kawasan Merapi menjadi multi fungsi. Selain sebagai jembatan, juga menjadi irigasi yang mengairi lahan pertanian. "Ada sekitar 30 persen yang multi fungsi. Material seperti pasir dan batu juga ditambang oleh rakyat. Yang memberikan izin Pemda," tambah Pitoyo.
Sabo dibangun berdasarkan fungsinya. Sabo pertama disebut penahan sedimen yang menahan laju pertama material sebelum akhirnya mengalir melambat sampai ke laut. Ditunjang oleh tanggul pengarah. Kemudian ada Sabo Konsolidasi yang menjadi jembatan dan irigasi.
Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan pada Ditjen SDA Hartanto mengatakan dari 77 sabo yang rusak, baru 42 yang sudah direhabilitasi. Masih ada 35 sabo yang perlu pembenahan. Selain akan membenahi bangunan yang rusak, tahun 2014 Ditjen SDA sudah menganggarkan pembangunan 43 sabo.
Terjadinya kerusakan sabo akibat dari material 150 juta ton yang dimuntahkan Merapi tahun 2010. 244 Sabo yang dibangun hanya mampu menahan 20 juta ton meter kubik. "Ini memang sudah melebih kapasitas," ucapnya.
Erupsi sudah berlalu, namun bukan berarti ancaman tidak mengintai. Selain karena letusan yang terjadi secara periodik, endapan material juga masih bisa menjadi banjir lahar dingin.
"Masih ada sekitar 50 juta ton material yang mengendap. Jika hujan, ini bisa menjadi banjir lahar dingin," kata Hartanto.
Hartanto berharap masyarakat harus tetap waspada. Seiring dengan kewaspadaan itu, Ditjen SDA juga akan terus menggenjot pembangunan sabo hinggap 2014 sehingga jika terjadi bencana semuanya sudah disiapkan. Kerugian yang diakibatkan bisa diminimalisir. (***)