Fabrizio Urso, Warga Italia Penjual Gorengan di Surabaya
Untung Sedikit Tak Mengapa asal Banyak PelangganUsaha itu baru dibuka Maret. ’’Saya melihat pasar Indonesia. Apa yang laku saya jual,’’ katanya.
Kebetulan, Fabriz memiliki kemampuan memasak. Semasa muda di Roma, dia kerap membuat pasta dan pizza. Namun, tidak terlintas di benak penggemar klub sepak bola AS Roma tersebut menjual dua jenis makanan itu. Dia memilih ote-ote, tempe goreng, dan tahu isi.
Salah satu alasannya, makanan jenis tersebut murah produksi. Masyarakat juga suka. Otomatis pangsa pasarnya cukup besar. ’’Saya pilih berjualan gorengan bersama istri,’’ ujarnya.
Fabriz merasa beruntung. Sebab, istri dan keluarganya gemar makan gorengan. Dari situ, dia tahu resep gorengan. Perlahan, dia mempelajari bagaimana membuat gorengan renyah dan nikmat.
Sebagai mantan GM di rumah makan, Fabriz pun menerapkan sistem yang sama di rumahnya. Misalnya, dapur harus bersih, makanan higienis, dan peralatan yang bersih.
Memang, lapak yang dimiliki Fabriz berbeda dengan milik pedagang lain. Lapak Fabriz bersih dari minyak maupun kotoran. Pembeli nyaman dan tidak merasa jijik. ’’Itu salah satu sistem yang saya terapkan,’’ ujar penggemar Francesco Totti tersebut.
Selain lokasi yang bersih, bahan makanan harus higienis. Sering orang menghindari gorengan karena kolesterol, serik di tenggorokan, dan minyak yang mengganggu. Gorengan hasil tangan Fabriz tidak demikian.
Dia membatasi jumlah minyak goreng. Sering kali penjual gorengan memasak dengan jumlah minyak berlebihan. Mereka tidak menyadari minyak itu diserap sehingga kadar minyak jenuh di dalam gorengan tersebut sangat tinggi. Fabriz juga menghindari penggunaan minyak beberapa kali.