Fahri Hamzah: Paham Ultranasionalis Marak, Mau Bukti?
jpnn.com - JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyatakan kekecewaan yang terus-menerus kepada penguasa memicu munculnya paham ultranasionalisme. Contohnya, menurut Fahri, muncul calon Presiden AS Donald Trump dengan pemikirannya yang ekstrim menguasai politik Amerika Serikat (AS) dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Di Asia juga ditandai dengan terpilihnya Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
"Kekecewaan kepada para pemimpin yang sangat berkuasa, memicu munculnya paham ultranasionalis seperti Donald Trump di AS, Jean Marry Lepen di Perancis, terpilihnya Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa," kata Fahri di sela-sela buka puasa bersama wartawan, Gedung DPR, Senayan Jakarta, Senin (27/6).
Di Indonesia, kata Fahri, belum terjadi hanya karena belum mencapai titik ekstrimnya saja. Tapi gejala akan munculnya ultranasionalis sudah ada.
"Makanya, jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) gagal, maka saya prediksi politik kita akan merindukan orang yang memiliki narasi yang rumit, karena kecerdasan publik akan mengantarkan pada kerinduan terhadap orang yang punya narasi yang kompleks," jelasnya.
Saat ini, menurut wakil rakyat dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Barat (NTB) ini, Jokowi sukses dengan narasi yang mensiplifikasi masalah.
"Kalau gagal, publik tidak akan percaya lagi dengan pemimpin seperti ini," tegasnya.
Ia menjelaskan, demokrasi yang baik seharusnya tidak boleh mentoleransi simplifikasi. Karena yang harus dominan dalam pengambilan keputusan adalah ilmu pengetahuan. Kalau dominannya itu cuma kepentingan saja, pasti ada masalah di kemudian hari.
Fakta ini, kata dia, sudah banyak terjadi di Indonesia, sepserti kasus keuangan dan politik yang dilakoni secara tertutup dan dominan interest daripada pengetahuan.