Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Fauzan Cerita Kisah Saudagar Tajir tak Takut Penjajah Belanda

Rabu, 12 Juni 2019 – 00:34 WIB
Fauzan Cerita Kisah Saudagar Tajir tak Takut Penjajah Belanda - JPNN.COM
Para peserta walking tour menyempatkan diri untuk berfoto bersama di depan Klenteng Grajen, Semarang. Meski gerimis, mereka tetap ceria. Foto: SHABRINA PARAMACITRA/JAWA POS

Khusus walking tour reguler seperti yang diikuti Jawa Pos, tak ada biaya. Fauzan dan kawan-kawan mengenakan sistem pay as you want. Artinya, bayar suka-suka dengan sistem tipping atau memberi tip.

Fauzan bilang, dulu, saat kali pertama walking tour digelar pada 2016, sistem itu tidak diterapkan. Sebab, Fauzan bersama para founder lain, yakni Dimas Suryo, Ardhi Setiawan, dan Rifaldi Angga, menggunakan sistem free walking tour seperti yang banyak ditemukan di luar negeri.

”Di luar negeri, seperti di Eropa, para peserta tur sudah mengerti sehingga semua orang berinisiatif memberi uang tip. Beda dengan di Indonesia yang jarang sekali kasih tip kepada pemandu wisata,” keluh Fauzan.

Akibatnya, Fauzan pernah ditinggal pulang begitu saja oleh peserta tur tanpa mendapatkan uang sepeser pun.

”Ya, setelah tur, mereka bilang terima kasih, terus saya dan pesertanya diem-dieman selama beberapa menit. Mungkin mereka bingung atau apa, ya sudah, lalu mereka pulang, ha ha ha,” kelakar mahasiswa Magister Manajemen Undip itu.

Belajar dari pengalaman tersebut, dia pun berinisiatif menyodorkan kantong uang kepada para peserta tur agar peserta mengerti bahwa mereka diharapkan memberi tip kepada storyteller (sebutan bagi pemandu wisata). Akhirnya, sejak saat itu para peserta tur langsung memberikan tip setelah tur berakhir.

Lucunya, Fauzan pernah mendapatkan uang Rp 800 dalam kantong uang yang dia sodorkan. ”Tapi, kan enggak tahu juga, bisa jadi peserta itu ngasih uangnya Rp 100.800, ha ha ha,” tutur dia.

Inspirasi walking tour itu dipelajari Fauzan saat tinggal di Kolombia pada 2016. Saat itu dia menerima beasiswa dan tinggal di negeri di Amerika Selatan tersebut selama enam bulan.

Di kampung itu, ada Tasripin, saudagar Jawa kaya raya pada zaman kolonial yang tak takut kepada penjajah Belanda.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News