FBI Geledah Rumah Timses Presiden
jpnn.com, WASHINGTON - Paul Manafort meletakkan jabatan sebagai manajer tim sukses Donald Trump pada 19 Agustus 2016 lalu. Tapi, dugaan intervensi Rusia dalam pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) tetap menyeret namanya.
Akhir Juli lalu, FBI menggeledah salah satu rumah Manafort. ”Manafort selalu kooperatif dalam investigasi apa pun terkait dirinya. Kali ini pun demikian,” ungkap Jason Maloni, juru bicara Manafort.
Rabu (9/8), dia mengonfirmasikan kabar yang menyebutkan bahwa FBI merazia kediaman Manafort di Kota Alexandria, Negara Bagian Virginia. Razia itu terjadi pada 26 Juli. Atau, sehari setelah Manafort bertemu dengan anggota Komite Intelijen Senat.
New York Times melaporkan bahwa dalam penggeledahan Rabu pagi itu, FBI menyita sejumlah dokumen penting milik Manafort. Di antaranya, dokumen pajak dan catatan keuangan. Konon, fokus pemeriksaan adalah dugaan pencucian uang oleh Manafort. Uang yang dia belanjakan merupakan imbalan dari Ukraina setelah dia berperan sebagai pelobi bagi Presiden Viktor Yanukovych yang berkuasa saat itu.
Sumber FBI menyebutkan, Manafort menjadi incaran mereka sejak 2014. Tepatnya, setelah keterlibatannya dalam krisis Ukraina. Saat itu, politikus 68 tahun tersebut menjadi penasihat Yanukovych yang pro-Rusia dan mendorong lepasnya Crimea dari Ukraina. Atas perannya tersebut, Manafort mendapatkan bayaran besar. Konon, imbalan USD 12,7 juta (sekitar Rp 169,5 miliar) diberikan secara tunai.
Reputasi Manafort sebagai pelobi internasional yang dekat dengan Rusia itulah yang membuat Trump tertarik merekrutnya sebagai anggota tim sukses. Hanya dalam waktu tiga bulan sejak bergabung dalam tim sukses Trump, Manafort naik jabatan. Tak tanggung-tanggung, dia menjadi manajer tim sukses. Di bawah komandonya, tim sukses Trump mendapatkan banyak keuntungan. Dana dari para donatur pun mengalir deras.
Prestasi Manafort tersebut membuat FBI tertarik. Apalagi, pria asal Negara Bagian Connecticut itu memang punya reputasi buruk di mata biro investigasi federal tersebut. ”FBI sudah mengambil langkah besar yang signifikan dalam penyelidikan,” puji Senator Richard Blumenthal dari Partai Demokrat.
Dia lantas menyemangati Robert Mueller agar maju terus dengan investigasi skandal AS-Rusia meski terus dikritik Trump. (AFP/Reuters/BBC/hep/c6/any)