Fenomenal, Tapi Tak Mau Klaim Kerja Sendiri
Senin, 09 Agustus 2010 – 13:04 WIB
"Saya hanya mengantarkan keberhasilan itu. Selama lima tahun bersama almarhum Pakde Tarto (Soetarto) dan lima tahun selanjutnya bersama Pak Tsalits (Tsalits Fahami), telah melakukan yang terbaik. Tapi, tentu ini masih ada kekurangan serta kelemahan. Dan saya mohon maaf atas kekurangan itu," kata Masfuk (Radar Bojonegoro, 7 Agustus 2010).
Selain itu, dia juga mampu memadukan tata kelola pemerintahan dengan inovasi dan kreativitas. Dia juga bisa menetralisasi sekat-sekat dan menghilangkan keangkeran jabatannya sebagai bupati. Semua persoalan yang rumit-rumit dibikin begitu mudah. Bahkan, tanpa protokoler sekalipun. Dia bisa menjumpai rakyatnya kapan saja. Tak heran, jika selama Masfuk menjadi bupati, Lamongan terlihat kondusif. Kalau pun ada riak-riak kecil, masih dalam tahap wajar. Bukankah kondusivitas daerah didambakan investor? Pengalaman membuktikan, investor akan memilih daerah yang aman untuk berinvestasi. Pun sebaliknya. Jika suatu daerah rusuh dan tidak aman, investor tentu akan lari.
Terkait prestasi, tentu saya tidak bisa menghitung satu-persatu. Bahkan, Masfuk sendiri sekalipun. Saya yakin dia juga tidak menghitung dan hafal, sudah berapa kali penghargaan yang diterimanya. Termasuk tanggal dan bulan, predikat menjadi bupati terbaik se-Indonesia. Tetapi, sebagian besar,-- terutama publik Lamongan,-- sepakat bahwa Masfuk begitu luar biasa meletakkan pondasi pembangunan di daerahnya. Dengan kepercayaan diri, dia membangun Lamongan tidak hanya untuk lima atau sepuluh tahun, tapi jauh ke depan. Ketika kabupaten lain ternina-bobokan dengan kekayaan alam (SDA) yang dimiliki, Masfuk justru mampu menutupi lubang dan menggali pendapatan bagi daerah yang memang tidak memiliki SDA melimpah. Siapa yang menyangka Lamongan memiliki Wisata Bahari Lamongan (WBL). Atau yang lebih fenomenal lagi adalah Lamongan Integratate Shorebase (LIS). Kedua warisan fenomenal itu ada di wilayah pantura Lamongan.