Festival Bekarang Lopak Sepang jadi Cara Ampuh Menjaga Kelestarian Sungai Batanghari
jpnn.com, MUARO JAMBI - Kearifan lokal dan kelestarian lingkungan Sungai Batanghari terus mendapatkan perhatian dari Kemendikbudristek.
Salah satunya lewat Sarasehan Budaya Bekarang & Etnosains Ikan Lokal dalam Festival Bekarang Lopak Sepang, Desa Tebat Patah, Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi pada Sabtu (24/8).
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V Agus Widiatmoko mengatakan sarasehan itu menghadirkan diskusi mendalam tentang tradisi Bekarang, Lubuk Larangan, dan pentingnya etnosains ikan lokal sebagai upaya menjaga ekosistem dan ketahanan pangan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.
Sarasehan berfokus pada praktik Bekarang, sebuah tradisi tahunan masyarakat DAS Batanghari termasuk masyarakat Desa Tebat Patah yang telah dijaga sejak zaman dahulu.
"Bekarang bukan sekadar kegiatan menangkap ikan di Lubuk Larangan—wilayah perairan yang dilindungi secara adat—tetapi juga wujud nyata dari solidaritas dan semangat gotong royong yang kuat di kalangan masyarakat" kata Agus.
Agus menjelaskan melalui Bekarang, masyarakat tidak hanya mendapatkan sumber pangan dari ikan, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem sungai dengan memastikan bahwa Lubuk Larangan hanya dipanen satu kali dalam setahun.
“Kita datang ke sini bukan sekadar untuk festival atau hiburan kesenian, tetapi untuk melestarikan tradisi yang ada sekarang ini dan menjaganya untuk masa depan. Dengan melihat ikan sebagai indikator lingkungan, makin banyak ikannya, makin baik lingkungan kita,” ujar Agus.
Peneliti ikan unja dari Universitas Jambi Tedjo Sukmono memaparkan hasil riset tentang keragaman ikan yang masih ada di DAS Batanghari, meski ekosistemnya terancam oleh berbagai aktivitas manusia, seperti MCK, penambangan emas tanpa izin (PETI), dan aktivitas lainnya.