PWI Mengkaji Skenario Transisi Energi yang Minim Risiko
jpnn.com, JAKARTA - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat menggelar Focus Group Discussion (FGD) Pertambangan sesi kedua dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2022 Februari mendatang.
Diskusi terbatas yang berlangsung secara hybrid ini di Gedung Dewan Pers Lantai 4, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (13/1) ini membahas tema besar “Masa Depan Energi dan Pertambangan Sumber Daya Mineral di Era Teknologi Baru dan Perubahan Iklim.”
Adapun pembicara yang hadir secara daring, peneliti energi asal Swiss, Lars Schernikau, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli, peneliti ketimpangan energi (energy inequality) Ambarsari Dwi Cahyani.
Selain itu, dua anggota Tim Pakar yakni mantan Menteri Pertambangan Kuntoro Mangkusubroto dan mantan Dirut PT Timah yang juga mantan komisioner KPK Erry Riyana Hardjapamekas.
Selanjutnya, pembicara hadir sementara secara luring dalam FGD yang dimoderatori mantan Dirut PTBA Milawarma ini yaitu Executive Director Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa, Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma, dan Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Djoko Widajatno Soewanto.
Diskusi yang menghadirkan para tokoh dan pakar ini makin menarik karena tak lepas dari perdebatan klasik seputar urgensi melakukan transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan.
Sejumlah pertanyaan besar mengemuka dalam diskusi ini: sudah saatnyakah kita meninggalkan batu bara (dengan dalih memicu perubahan iklim) dan sepenuhnya beralih ke energi terbarukan? Bagaimana skenario konkret yang minim risiko?
Direktur Eksekutif IMA Djoko Widajatno Soewanto misalnya termasuk yang keukeuh pada pendapat bahwa potensi batu bara masih menjanjikan, termasuk untuk ekspor.