Filipina Tuduh Abu Sayyaf di Balik Bom Katedral Jolo
jpnn.com, MANILA - Dua bom meledak di Katedral Jolo, Filipina Selatan, Minggu (27/1). Kelompok militan Abu Sayyaf diduga di belakang serangan yang menewaskan 20 orang dan 80 lainnya luka-luka ini.
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana menyebut serangan itu sebagai tindakan pengecut dan mendesak penduduk setempat untuk waspada. Pihaknya juga sudah mengerahkan aparat berwajib guna menangkal aksi teror tersebut.
"Kami akan menggunakan kekuatan penuh untuk menghukum para penjahat tak bertuhan di balik serangan ini," katanya dalam sebuah pernyataan dilansir dari Japan Today, Minggu (27/1).
Jolo adalah ibu kota Provinsi Sulu, salah satu wilayah berpopulasi mayoritas muslim di Filipina. Awal pekan ini, warga Sulu dan beberapa wilayah lainnya di selatan Filipina ikut serta dalam tahap pertama referendum Bangsamoro.
Referendum tersebut menentukan terbentuknya wilayah otonomi khusus yang terdiri dari daerah-daerah berpenduduk mayoritas muslim. Hasilnya, 80 persen pemilih menyatakan setuju. Masyarakat Sulu adalah bagian besar dari 20 persen yang menolak.
Kepala polisi nasional Oscar Albayalde menduga kelompok militan Abu Sayyaf terlibat. Jolo selama ini dikenal sebagai basis kelompok yang berafiliasi dengan ISIS tersebut.
"Mereka ingin mengganggu perdamaian dan ketertiban. Mereka ingin menunjukkan kekuatan dan menabur kekacauan," kata Albayalde.
Sampai saat ini belum ada pernyataan dari Abu Sayyaf atau kelompok lain mengenai pengeboman tersebut. (dil/jpnn)