Fitri Diperkosa dan Dibunuh di Rumah Pendeta, Mayatnya Dibuang ke Tempat Sampah
jpnn.com - TARAKAN - Keberhasilan penyidik Kepolisian Resor (Polres) Tarakan mengungkap kasus pembunuhan Fitri Shara Hasugian (16) patut diacungi jempol. Sebab, tidak ada yang menyangka, peristiwa keji itu dilakukan oleh anak pemuka agama dan terjadi di rumah seorang pendeta.
Kaur Bin Ops Polres Tarakan, Iptu Sudaryanto mengatakan, keberhasilan penyidik mengungkap perbuatan KS (34) berawal saat ia dimintai keterangan sebagai saksi di Polsek Tarakan Barat. Saat diperiksa, tersangka tidak sedikitpun menyinggung tentang korban.
KS beralasan Fitri mengambil air minum lalu keluar rumah. Selain itu, KS mengaku tidak hanya korban yang sering datang ke rumah. Beberapa jemaat yang ada di Geraja Pentakosta Indonesia (GPI) Jl. Rukun RT 17 Karang Anyar Pantai, jika ada masalah atau berkonsultasi maupun mau minum memang sering datang ke rumah tersangka.
"Karena orang tua tersangka ini pendeta di Gereja Pantekosta," kata perwira balok dua ini dilansir Radar Tarakan (Grup JPNN.com).
Namun dari analisa penyidik, ada beberapa kejanggalan ditemukan, yakni rentan waktu antara korban yang tercatat merupakan siswi SMA Hang Tuah, Tarakan itu keluar dari gereja dengan hilang dan jemaat yang telah menyelesaikan ibadah sangat dekat, hanya sekitar satu jam.
Saat korban mengantar kunci rumah ke kakaknya sekitar jam 11.00, sementara selesainya jemaat beribadah sekitar jam 12.00. Sehingga timbul alibi yang berkembang.
"Seperti yang katanya korban dijemput oleh dua orang yang tidak dikenal, memang dari logika masuk akal. Karena itu bisa terjadi. Tetapi saat penyidik memeriksa beberapa saksi di sekitar gereja, ternyata tidak sinkron dengan waktu satu jam ini," bebernya.
Polisi pun kembali melakukan gelar perkara untuk menentukan satu kesimpulan bahwa hilangnya Fitri tidak jauh dari sekitar gereja tersebut. Penyidik melakukan analisa ulang dengan memanggil kembali beberapa saki, baik dari rekan, teman korban, maupun keluarga korban, bahkan warga sekitar kejadian.